bakabar.com, BANJARMASIN - Seorang guru mestilah memiliki cara untuk membimbing murid-muridnya. Meski terkadang, cara yang digunakan sang guru seperti tidak sedang membimbing muridnya.
Tuan Guru H Seman Mulya misalnya, beliau tidak seperti seorang guru yang mendidik dengan wajah ramah dan dengan kata-kata yang lemah lembut. Terkadang, Guru Seman terlihat sedang marah. Padahal, beliau sedang mendidik hati muridnya.
Sebagaimana diceritakan, ada seorang murid Guru Seman yang datang kepada beliau, lalu menceritakan tentang mimpi yang menurut dia luar biasa. Mimpi tersebut adalah mimpi bertemu dengan Rasulullah SAW.
Baca Juga:Sikap Guru Seman Mulya Ketika Kakinya Patah
Mendengar cerita muridnya, Guru Seman bukan malah memuji muridnya. Bahkan beliau menegur muridnya dengan perkataan, "Ikam kebanyakan guring. (Kamu kebanyakan tidur, red)."
Murid yang hampir saja di hatinya ada Ujub (Bangga diri), langsung menyadari kesalahan dirinya.
Lain cerita, datang seorang murid Guru Seman kepada beliau. Si murid memberitahukan bahwa ibunya sedang kehilangan keris. Dia pun bermaksud meminta doa dari Guru Seman.
Oleh Guru Seman lantas dijawab, "Unda kada maurus karis Uma nyawa. (Aku tidak mengurusi keris ibumu, red)."
Si murid tadi pun berpamitan untuk pulang ke rumah. Namun ketika sampai di rumah, dia terkejut. Karena keris itu tiba-tiba ditemukan.
Sekilas Guru Seman seolah tidak peduli dengan keluhan muridnya, tapi sesungguhnya beliau sangat memperhatikan keadaan mereka. Tidak saja soal jasmani, tapi juga hal yang berkaitan dengan rohani muridnya.
Baca Juga:Belajar Ketelitian pada Secangkir Kopi Guru Seman Mulya
Sebagaimana diceritakan Tuan Guru Syaifuddin Zuhri, Guru Seman tegas terhadap murid yang ingin mengaji kepadanya. Beliau tidak saja mengajarkan ilmu tapi juga mendidik kedisiplinan. Seperti majelis beliau yang digelar tengah malam, apabila datang "kepagian", Guru Seman berkata, "Kasungsungan unda handak guring."
Apabila terlambat sedikit saja, pintu langsung ditutup dari dalam.
Walhasil, murid khusus Guru Seman memang tak banyak. Tapi di kemudian hari, murid-murid beliau menjadi ulama besar. Dua di antaranya; Tuan Guru H Muhammad Zaini bin Abdul Ghani (Abah Guru Sekumpul) dan Tuan Guru H Syaifuddin Zuhri (Abah Guru Banjar Indah).
Baca Juga:Mendengar Khotbah Guru Seman, "Pertikaian" Berujung Damai
Editor: Muhammad Bulkini