Tak Berkategori

Cegah Leptopirosis, Kaltara Bagi-Bagi Ratusan RDT

apahabar.com, TANJUNGSELOR – Untuk mencegah Leptopirosis, Pemerintah Provinsi Kalimantan Utara (Pemprov Kaltara) gencar bagi bagi ratusan…

Featured-Image
Foto-Infografis/Humas Pemprov Kaltara

bakabar.com, TANJUNGSELOR – Untuk mencegah Leptopirosis, Pemerintah Provinsi Kalimantan Utara (Pemprov Kaltara) gencar bagi bagi ratusan Rapid Diagnostic Test (RDT).

Sebanyak 300 unit RDT dibagikan ke Rumah Sakit (RS) dan Puskesmas yang ada di Bumi Paguntaka itu, julukan Tarakan.

Dinas Kesehatan Kaltara menemukan sebanyak tiga kasus, dua di antaranya meninggal dunia terkait leptospirosis di Kota Tarakan pada minggu kedua Januari 2019.

“Sedangkan satu orang masih dalam perawatan medis,” ujar Gubernur Kaltara Irianto Lambrie dikutip dalam laman resmi Pemprov Kaltara.

RDT sendiri, lanjut Gubernur merupakan alat yang digunakan untuk mendiagnosa sejumlah penyakit.

Alat tersebut secara cepat memastikan kasus yang baru dicurigai, sehingga dengan cepat dapat diperiksa dan langsung bisa ditangani.

Baca Juga:Tak Sampaikan LPJ, Siap-Siap Tak Dapat Bantuan

"Bantuan peralatan tersebut merupakan permintaan langsung Dinkes Provinsi pada Kemenkes RI. Alhamdulillah, permintaan kita direspon oleh pusat, sehingga pusat memberikan kita RDT," kata Irianto.

Dengan adanya RDT, diharapkan kasus yang dicurigai segera dapat diperiksa dan langsung bisa ditangani, karena dengan alat ini dapat memastikan kasus yang dicurigai itu positif atau tidak dengan cepat.

"Kita juga menyiapkan 100 unit stok RDT di provinsi, sehingga sewaktu-waktu dapat digunakan jika ada kasus yang sama di kabupaten lain," beber Irianto.

Gubernur menuturkan, leptospirosis atau bakteri yang ditularkan melalui air kencing tikus merupakan penyakit yang baru ditemukan di Kota Tarakan.

Penyakit ini dapat menyerang manusia melalui paparan air atau tanah yang telah terkontaminasi urine hewan pembawa bakteri leptospirosis.

Dalam penularannya, bakteri memasuki tubuh melalui kulit pada luka terbuka, kulit yang kering, atau lapisan lendir tubuh (seperti mata, hidung, atau mulut).

"Misalkan, melalui luka. Ketika bersentuhan langsung dengan kencing tikus maka bakteri akan langsung masuk ke aliran darah," terang Gubernur.

Pada gejala awal akan menunjukan gelaja seperti demam, nyeri dan pusing secara mendadak dan berlangsung selama kurung waktu dua pekan. Dan, pada sebagian kasus, gejala baru akan terlihat setelah 1 bulan, tapi itu tingkat ringan.

"Jika tingkat berat, bakteri akan menjalar dan merusak organ tubuh seperti hati dan ginjal. Apabila sudah menjalar ke organ tubuh tentunya bisa menyebabkan kematian," katanya.

Oleh karena itu, Gubernur mengimbau kepada masyarakat, jika telah mengenali gejalanya, segera periksakan diri ke RS atau fasilitas kesehatan terdekat. Karena RDT sudah tersedia di masing-masing RS maupun Puskesmas.

Adapun, penyakit ini telah dinyatakan sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI dengan surat imbauannya melalui Direktorat Jenderal (Dirjen) Pencegahan dan Pengendalian Penyakit.

Karena itu, gubernur pun menginstruksikan kepada Dinkes Kaltara untuk segera melakukan upaya pencegahan salah satunya adalah mensosialisasikan pola hidup sehat (PHBS).

"Koordinasi ini kita lakukan, untuk selanjutnya menyosialisasikan kepada masyarakat tentang pola hidup bersih dan sehat (PHBS). Di mana, PHBS sendiri sebagai salah satu upaya dalam pencegahan penyakit leptospirosis," tuntas Gubernur.

Baca Juga:Kapal Tol Laut Kaltara Segera Dilengkapi Kontainer Pendingin

Editor: Fariz Fadhillah



Komentar
Banner
Banner