Tak Berkategori

5 Hari Pengeringan Irigasi, Pembudidaya Ikan “Tepuk Jidat”

apahabar.com, MARTAPURA – Pengeringan air irigasi sejak 7 Februari 2019 kemarin, membuat pembubidaya ikan di Jalan…

Featured-Image
Pembudidaya ikan (Aman), tengah meninjau air di kolam ikannya yang makin surut. Foto-apahabar.com/ Reza Rifani

bakabar.com, MARTAPURA - Pengeringan air irigasi sejak 7 Februari 2019 kemarin, membuat pembubidaya ikan di Jalan Kebun Serai Desa Bincau Kecamatan Martapura, berharap pengairan datang dari hujan. Baru 5 hari saja (dari 3 pekan), dia sudah mengaku banyak dirugikan.

Pengeringan irigasi Martapura sangat berdampak pada perkembangan budidaya ikan di sekitarnya.

Baca Juga:Tiga Isu Lingkungan Kalsel, Walhi: Wajib Jadi Prioritas Capres

Pembudidaya ikan Desa Bincau, Aman (52) menuturkan, masa 3 minggu pengeringan irigasi akan terasa sulit baginya. Karena itu, dia berharap hujan untuk mengisi 6 kolam miliknya.

“Baru 5 hari sudah ada 3 kolam ikan yang airnya cuma 15 centimeter. Biasanya, dari kolam yang tingginya 1 meter itu penuh,” kata Aman pada bakabar.com Senin (11/2).

Aman melanjutkan, persedian air sumur yang digalinya sedalam 3 meter dengan diameter 80 cm, belum cukup mengairi kolam. Air yang surut tersebut mulai berbau.

“Ini dampak dari kekurangan air dan tidak mengalir. Kolamnya jadi berbau. Air sumur cuma bisa di alirkan ke satu kolam saja, itu pun cuma sekitar 5 menit sudah habis airnya,” jelasnya.

Untuk mengalirkan air sumur ke kolam, sambung Aman, dia menggunakan mesin alkon. Proses ini memakan waktu yang cukup lama. Untuk mengisi air ke sumur saja harus menunggu 1 jam. Setelah penuh, baru dialirkan ke kolam.

Keadaan seperti ini, sambung Aman, mengganggu tumbuh kembang ikan. Ikan yang biasanya makan pakan dalam satu hari sebanyak 50 kg pakan, saat ini belum bisa diberi makan karena air tidak mengalir. Air yang tidak mengalir mengakibatkan kekurangan oksigen.

Untuk saat ini, lanjut Aman, ikan yang bisa dibudidayakan hanya ikan lele. Sebelumnya, dia juga membudidayakan ikan nila. Dari 50 kg Ikan, hanya 10 kg saja yang bisa terjual. Sisanya mati karena kekurangan oksigen dan nafsu makan ikan yang menurun.

“Dulu, bisa menjual ikan dengan berat 2 kg per ikan, sekarang tidak sampai lagi. Nafsu makan ikan menurun akibat air yang tidak mengalir, yang juga mengakibatkan kurangnya oksigen. Dengan air yang tidak mengalir, ikan tidak bisa di beri pakan karena bisa mati, dan saya hanya bisa pasrah berharap dengan sumber air dari sumur dan air hujan,” katanya.

Kondisi tersebut ditanggapi Kepala Dinas Perikanan Banjar, Riza Dauli. Dia mengungkapkan, pihaknya sudah melakukan sosialisasi dan imbauan terkait pengeringan air irigasi pada 600 lebih pembudidaya ikan yang terdata di Dinas Perikanan Kabupaten Banjar.

“Setelah kami menerima surat pemberitahuan pengeringan dan pemeliharaan kami melakukan imbauan kepada pembudidaya segera membuat atau menyerahkan tampungan air, mempercepat panen apabila itu layak konsumsi sehingga kerugian tidak terlalu signifikan, dan menunda penebaran benih untuk budidaya pembesaran ikan,” kata Riza.

Riza Dauli menyebutkan, pihaknya memiliki 19 petugas (penyuluhan) di lapangan yang bisa membantu pembudidaya apabila terjadi masalah dengan ikan.

Baca Juga:WALHI Kalsel Sesalkan Pencoretan Pohon Ulin sebagai Flora Dilindungi

Reporter: Reza Rifani
Editor: Muhammad Bulkini



Komentar
Banner
Banner