Tidak keliru jika Barito Putera selalu menjunjung azas kekeluargaan. Kedatangan Muhammad Afandi Yusuf sekaligus mengulang tradisi dua badangsanak dalam skuad Laskar Antasari.
Eddy Andriyanto, bakabar.com
Affandi merupakan salah seorang dari tiga pemain anyar yang menandatangani kontrak di kediaman pendiri klub H Abdussamad Sulaiman HB di Jalan Kampung Melayu, Banjarmasin, Senin (14/1) malam.
Penandatanganan tersebut sekaligus memastikan Affandi memperkuat klub yang sama dengan sang kakak Samsul Arif Munip.
Baca Juga: Yakob Sayuri, Top Skor Liga 3 Papua yang Coba Peruntungan Bersama Barito
Semakin spesial saja, lantaran dalam waktu bersamaan Samsul mengesahkan komitmen untuk semusim lagi berseragam kuning.
Setelah resmi bergabung, eks striker PS Badung Bali ini menjalani latihan perdana di bawah asuhan pelatih Jacksen F Tiago di Stadion 17 Mei Banjarmasin, Selasa (16/1) sore.
“(Samsul Arif) Selalu menjadi inspirasi. Saya banyak belajar darinya. Saya bangga bisa mengikuti jejaknya di sini,” ungkap Afandi kepada bakabar.com.
Samsul dan Affandi bukan kakak beradik pertama yang memperkuat Barito. Ditarik jauh ke belakang, mereka adalah dua badangsanak keempat yang menjadi pemain Barito.
Kisah kakak beradik ini dimulai M Riduan dan M Yusuf di musim 1989/1990. Ketika itu mereka merupakan bagian dari pemain yang disiapkan Andy Lala menghadapi kompetisi resmi pertama di era Galatama dan Liga Milo.
“Jika saya tidak cerita, orang tidak tahu (Riduan dan Yusuf kakak adik,red),” kata Muhammad Riduan ketika ditemui kediamannya di Komplek Abu Gifari, Km 7 Kertak Hanyar, Kabupaten Banjar.
Meski kakak beradik, Riduan dan Yusuf berbeda posisi di lapangan. Riduan merupakan ujung tombak, sementara Yusuf bertugas menahan serangan di belakang.
Baca Juga: Di Samping Samsul Bertahan, Barito Rekrut Tiga Pemain Baru
Riduan sendiri lebih dulu memperkuat Barito, ketika Yusuf masih gemar bermain bola basket. Belakangan Yusuf tertarik menjadi pesepakbola dengan alasan ingin naik pesawat, terutama kalau Barito melakoni partai tandang.
Sedianya Yusuf memilih menjadi striker dalam seleksi pemain-pemain lokal yang digelar Barito. Lantas atas saran Riduan, Yusuf pindah posisi ke belakang. Tidak dinyana posisi tersebut membuat Yusuf dipercaya sebagai kapten.
Setelah Riduan dan Yusuf, tradisi dua badangsanak berlanjut sejak musim 1994/1995 melalui duo saudara yang melegenda Frans Sinatra Huwae dan Sear Yusuf Huwae.
Baca Juga: Hadirnya Evan Dimas Picu Gairah Samsul dan Yakob
Berkebalikan dengan Riduan dan Yusuf, Sear lebih dulu memperkuat Barito seusai menimba ilmu di Diklat Sepakbola Sawangan.
Kemudian Frans menyusul, setelah cukup lama menghuni Diklat Sepakbola Pelita Jaya. Kepulangan Frans juga tak lepas dari campur tangan H Sulaiman. Kedatangan Frans membuat Barito semakin solid, terutama di sektor tengah lapangan.
“Ada Frans kita pasti kuat. Dan feeling Pak Haji (H Leman, red) memang tepat, beliau memang hebat,” begitu Yusuf saat ditemui dikediamannya dekat Stadion 17 Mei Banjarmasin, menirukan ucapan H Leman.
Di tangan pelatih Daniel Roekito saat itu, Laskar Antasari pun sukses menjadi semifinalis Ligina I 1994.
Baca Juga: Kaleidoskop 2018: Kiprah Barito Putera dan Video 5 Gol Penentu Kemenangannya di Liga 1
Selepas Frans dan Sear pensiun, tradisi tersebut baru terulang lagi di era millennium melalui Meidiansyah dan Aspiannoor.
Namun Meidiansyah dan Aspiannoor tidak tak pernah berada dalam satu lapangan membela Barito. Maidiansyah sudah memperkuat Barito melalui jalur magang di musim 2002.
Ketika Meidiansyah memutuskan merantau ke Mitra Kutai Kartanegara, baru kemudian Aspiannoor merapat ke Barito.
Bersama sejumlah pemain lokal, Aspiannor memperkuat Barito yang baru saja terdegradasi ke Divisi Satu 2003/2004.
Tidak hanya skuad senior, Barito Putera U-16 sekarang juga diisi kakak beradik, tepatnya si kembar Amiruddin Bagas Kaffa Arrizqi dan Amiruddin Bagus Kahfi Al Fikri.
Bahkan pertalin saudara juga terjadi di jajaran manajemen yang melibatbat Rachmadi HAS, Hasnuryadi Sulaiman dan Zainal Hadi HAS.
Mereka bergiliran memegang tongkat estafet sebagai manajer klub dari H Sulaiman. Rachmadi adalah sulung dari H Sulaiman, sementara Hasnuryadi merupakan putra keempat. Kemudian Zainal berstatus si bungsu dari tujuh bersaudara.
Baca Juga: Hasnur Ungkap Rahasia Laskar Antasari Sukses Datangkan Evan Dimas
Rachmadi sendiri meninggalkan kenangan manis berupa keberhasilan membawa Barito ke semifinal Ligina 1 1994.
Sementara di bawah Zainal, Barito yang sempat terpuruk ke Divisi Dua, berhasil merangkak naik hingga menjuarai Divisi Satu 2012.
Sukses itu sekaligus membawa Laskar Antasari promosi ke ISL 2013. Sekarang tugas Hasnuryadi tidak kalah berat, lantaran mesti mempertahankan Barito selalu di level kompetisi teratas Liga 1.
Editor: Ahmad Zainal Muttaqin