bakabar.com, JAKARTA - Pengamat Sosiologi Sri Murlianti menyoroti ucapan Menteri Investasi Bahlil Lahadalia yang mendoakan agar WNI yang pindah kewarganegaraan segera sadar.
Menurutnya, pemerintah Indonesia harus lebih pro-aktif dalam memberikan perlindungan kepada semua warga negara. Pemerintah juga perlu menyadari dan merenungkan alasan perpindahan para warga negara itu, tanpa harus menyalahkan mereka.
Bagi Sri, setidaknya ada tiga hal mendasar yang perlu diperbaiki oleh pemerintah, agar kejadian serupa tidak terulang. Pertama, jaminan atas layanan kesehatan dan publik. Kedua, penghargaan atas prestasi, dan ketiga adalah berantas korupsi, kolusi, nepotisme (KKN) agar memungkinkan setiap orang mampu bersaing secara sehat.
"Ini tiga PR besar untuk pemerintah, yang harus segera diselesaikan" ungkap Sri kepada bakabar.com Minggu (23/7).
Baca Juga: Imigrasi Soekarno-Hatta Cegah Ribuan WNI Kerja di Luar Negeri
Secara umum, Sri beranggapan, warga negara yang pindah itu karena pemerintah yang tidak mampu menjamin kehidupan warganya untuk tinggal dengan nyaman di negaranya sendiri.
"Pemerintah aja nggak menjamin kehidupan rakyatnya, wajar kalau orang-orang berduit dan berprestasi lebih suka pindah warga negara" terangnya.
Diketahui, warga negara Indonesia yang pindah jadi warga negara Singapura paling banyak selama 2022 yakni mencapai 1.091 orang. Sedangkan selama 2021 mencapai 1.070 orang.
Sebelumnya, Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia berkomentar soal perpindahan WNI menjadi warga negara Singapura. Bahlil mendoakan agar mereka yang pindah kewarganegaraan segera sadar.
Baca Juga: Imigrasi Soetta Tunda Keberangkatan Ribuan WNI ke Luar Negeri
"Ya mungkin kita doakan mudah-mudahan mereka sadar. 10 tahun balik lagi ke Indonesia, wallahualam kan," ujarnya usai menghadiri Realisasi Investasi Triwulan II Tahun 2023 di Jakarta, dikutip Sabtu (22/7).
Bahlil tidak mempermasalahkan perpindahan status warga negara, karena menurutnya, masih lebih banyak yang ingin menjadi warganegara Indonesia.
"Toh kalau satu yang pergi, yang datang kan 1.000, masih banyak. Kita ini kan 270 juta jiwa yang ada di bangsa ini," katanya.
Bahlil hanya mempertanyakan nasionalisme mereka. Pasalnya, kemerdekaan Indonesia direbut dengan susah payah. Bahkan ada yang sampai diperkosa, dibunuh, atau diminta kerja paksa oleh penjajah.