Kuliner Khas Solo

Wedang Tahok, Kuliner Langka Khas Solo Berusia Setengah Abad

Wedang Tahok masih lestari dan menjadi primadona para pelancong maupun masyarakat lokal yang mencari kuliner khas Solo.

Featured-Image
Kembang Tahu atau Tahok, kuliner klasik khas Solo (Apahar.com/Arimbihp

bakabar.com, SOLO - Wedang Tahok masih lestari dan menjadi primadona para pelancong maupun masyarakat lokal yang mencari kuliner khas Solo.

Aroma manis dan rempah jahe menyeruak saat melewati kawasan Kreteg Gantung, Sudiroprajan, Surakarta. Wanginya seolah mengundang para pengguna jalan yang melintas untuk singgah sejenak.

Aroma tersebut ternyata berasal dari sebuah gerobak berwarna biru milik almarhum Wagiman, sosok pembuat Wedang Tahok yang legendaris.

Meski sudah berpulang tiga tahun yang lalu, usaha Wedang Tahok masih lestari dan menjadi primadona para pelancong maupun masyarakat lokal Solo.

Tahok adalah kuliner khas Solo. Tahok terbuat dari sari kacang kedelai yang disiram kuah jahe dengan kayu manis.

Baca Juga: TFP Kopi Warung, Western Food Unik di Tengah Klasiknya Pasar Gede Solo

Kuliner tradisional tersebut awalnya berasal dari Cina yang dibawa pendatang dari Tionghoa ke Solo.

Selain memiliki rasa segar rempah yang berpadu dengan lembutnya tekstur sari tahu, tahok juga memiliki banyak manfaat kesehatan.

Adapun manfaat tahok di antaranya membantu melancarkan pencernaan dan membantu memudahkan operasi ibu hamil.

Generasi ketiga penjual Tahok Wagiman, Rano menuturkan, almarhum kakeknya sudah memproduksi Tahok sejak 1960 an.

"Sudah 50 tahun lebih berjualan, tidak pernah berpindah lokasi, dari awal selalu di sini," kata Rano saat ditemui bakabar.com, Jumat (28/7).

Baca Juga: Pertama di Solo, Pameran Kesehatan Mental Berbalut Seni di Lokananta

Ia menceritakan, setiap hari memprodiksi tahok sejak pukul 1 pagi dibantu 2 saudaranya.

"Membuatnya di rumah, dekat sini, dengan waktu kurang lebih 3 jam," ujar dia.

Rano mengatakan, ada beberapa tahapan yang harus dilakukan untuk membuat tahok.

Tahapan yang dimaksud Rano di antaranya memilih jenis kedelai terbaik, memeras dan mengambil sarinya, hingga memanaskannya.

Dalam sehari, Rano dibantu dua saudaranya mambu memproduksi kurang lebih 100 mangkok tahok dalam sehari.

"Bisa lebih, tergantung permintaan juga, terkadang ada juga yang nebas, atau dibawa ke acara se gerobaknya," tuturnya.

Satu porsi tahok yang dijual Rano dibanderol mulai dari Rp8.000 per mangkok.

Bagi pengunjung yang penasaran ingin mencoba, tahok yang dikelola Rano bersama sepupunya buka setiap hari di Kreteg Gantung.

Editor


Komentar
Banner
Banner