bakabar.com, JAKARTA - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) dan sejumlah pakar geologi mengingatkan peluang besar gempa megathrust akan terjadi di Indonesia.
Megathrust merupakan pertemuan antar-lempeng tektonik Bumi di zona subduksi, yakni titik di mana satu lempeng meluncur ke bawah lempeng lain, yang biasanya ada di lautan. Bahaya utama dari megathrust adalah gempa besar dan tsunami raksasa.
Namun begitu, menurut peneliti Pusat Riset Kebencanaan Geologi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Nuraini Rahma Hanifa ancaman megathrust bukan sekadar gempa dan tsunami raksasa.
"Gempa megathrust itu dia ada bahaya primernya, ada bahaya sekundernya," kata Rahma dalam sebuah diskusi daring yang tayang di kanal YouTube BRIN, dikutip dari cnnindonesia.com, Kamis (5/9/2024).
Berdasarkan Peta Sumber dan Bahaya Gempa Indonesia Tahun 2017, setidaknya sampai saat ini terdapat 13 megathrust yang mengepung Indonesia.
Namun, beberapa di antaranya mengalami pecah segmen, sehingga membentuk segmen yang baru, seperti Segmen Mentawai yang dibagi menjadi Segmen Mentawai-Siberut dan Segmen Mentawai-Pagai.
Ada juga segmen Jawa yang dibagi menjadi tiga segmen, yaitu segmen Selat Sunda-Banten, Segmen Jawa Barat, dan Segmen Jawa Tengah-Jawa Timur.
Lantas apa saja ancaman bahaya dari energi besar yang bisa dilepaskan megathrust?
Menurut Rahma, dari bahaya primer ada dua jenis ancaman, yakni guncangan gempa permukaan dan permukaan yang retak. Namun, karena megathrust berasal dari dasar laut, gempa ini tidak akan berdampak bahaya pada permukaan yang retak atau surface rupture.
"Bahaya primernya itu guncangan gempanya. Kalau megathrust dia ada di laut, dia enggak ada surface rupture. Surface rupture ini kita temukan di seismik darat, tapi kalau megathrust ini dia guncangan gempanya akan sangat besar," tutur Rahma.
Berikut adalah daftar ancaman bahaya dari megathrust: