News

Warga Jalan Juanda Sampit Sajikan Bubur Baayak di Hari Terakhir Rabu Safar

Bubur baayak ini disajikan secara sukarela oleh warga jalan Juanda Kelurahan MB Hilir, Kecamatan Mentawa Baru Ketapang, setiap tahun diakhir Rabu bulan Safar.

Featured-Image
Proses pembuatan bubur baayak, dalam rangka menyambut hari Rabu diakhir bulan Safar, oleh warga Jalan Juanda Sampit. Rabu (4/9/2024). Foto: bakabar.com/Ilhamsyah Hadi

bakabar.com, SAMPIT - Keunikan tradisi menyambut hari terakhir bulan Safar kini mulai dilestarikan warga kota Sampit, Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), Kalteng. Salah satunya dengan menyajikan bubur baayak yang merupakan makanan tradisional khas Kalimantan.

Bubur baayak ini disajikan secara sukarela oleh warga jalan Juanda Kelurahan Mentawa Baru Hilir, Kecamatan Mentawa Baru Ketapang, Rabu (4/9/2024).

Membuat bubur baayak bukan hal yang asing lagi bagi warga jalan Juanda ini, dan tradisi ini mulai menjadi momen tahunan.

Rasanya yang gurih dan manis, membuat bubur yang dibuat dari bahan baku tepung beras, santan, garam dan gula merah ini sangat enak jika disantap, apa lagi selagi hangat.

Dinamakan bubur baayak, karena pada proses pembuatannya menggunakan saringan dan di goyang-goyang agar menghasilkan adonan tepung yang lembut.

Untuk proses pengolahannya, pertama-tama tepung dicampur menggunakan air diolah menjadi adonan. Tidak lupa juga diberi taburan garam biar rasa adonan menjadi gurih.

Selanjutnya, santan dan gula merah direbus hingga mendidih didalam wajan besar, lalu adonan tepung yang sudah kalis diayak-ayak hingga menghasilkan butiran-butiran kecil yang langsung dimasukan ke dalam wajan.

"Butuh waktu selama 1,5 jam atau 2 jam bubur ini benar-benar matang dan siap untuk disajikan," kata Idar (58) seorang warga dan keluarga peracik bubur baayak.

Idar menjelaskan, tahun 2024 ini cukup beruntung karena masih banyak dermawan yang membantu untuk membuat bubur baayak ini, baik itu dari pendanaan, bahan maupun barang untuk memasak yang dibutuhkan.

“kami bersyukur, setiap tahun mendapat bantuan secara sukarela warga yang ingin berbagi membuat bubur ini,” ucapnya

"Tahun ini ada sebanyak 40 kilogram tepung beras, 15 kg tepung ketan, Gula 35 kg, Gula merah 15 kg dan

Santan 30 kg. Untuk proses pembuatannya kita menggunakan wajan besar yang diisi sebanyak 4 kg per wajan, jadi sebanyak 10 wajan banyak bubur yang kita buat," jelas Idar.

Selain menjadi tradisi diakhir bulan safar setiap tahunnya, kegiatan bubur baayak ini juga menjadi ajang silaturahmi warga, teman serta kerabat untuk bersama-sama saling berbagi menikmati bubur tersebut.

"Kami juga cukup puas dan bahagia bisa berbagi, dan Tradisi ini akan kami jaga terus setiap tahun untuk bisa berbagi bersama masyarakat," demikian Idar.

Editor


Komentar
Banner
Banner