bakabar.com, JAKARTA – Kapan resminya gelombang Omicron dimulai, masih menjadi perdebatan. Namun yang pasti, puncaknya diperkirakan tercapai 2-3 pekan ke depan dan lebih tinggi dari puncak gelombang Delta.
“Kita melihat dua sampai tiga minggu ke depan kemungkinannya akan terjadi peak (puncak) saat dua sampai minggu ke depan,” ujar Dirjen Pelayanan Kesehatan Kementerian Kesehatan, Prof dr Abdul Kadir, PhD, SpTHT-KL(K), MARS, dalam konferensi pers virtual terkait Update Perkembangan Covid-19, kutip Detik.com.
Dengan laju penularan yang 3-5 kali lebih tinggi, puncak gelombang Omicron kali ini diperkirakan bakal jauh lebih tinggi dibanding puncak gelombang Delta. Hal ini diakui oleh juru bicara Vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan, dr Siti Nadia Tarmizi.
“Di akhir Februari atau di awal Maret 2022 ini merupakan puncak kasus Omicron yang bisa diprediksi itu tiga kali sampai enam kali lebih tinggi daripada varian Delta,” jelas dr Nadia pada kesempatan yang sama.
Tapi tenang, meski jumlah kasusnya bakal melesat tak terbendung, diperkirakan tingkat perawatan di rumah sakit tidak akan setinggi pada gelombang Delta. Tidak lain karena gejala yang muncul akibat varian Omicron relatif ringan, disebut-sebut mirip flu biasa.
“Masyarakat yang tentunya tidak bergejala atau gejala ringan seperti batuk, pilek, demam kemudian sakit tenggorokan dan saturasi oksigen lebih dari 95 persen tidak memiliki komorbid serta bukan lansia diharapkan untuk dapat melakukan isolasi mandiri di rumah,” pungkas dr Nadia.