bakabar.com, BANJARMASIN - Wacana memindah ibu kota Barito Kuala (Batola) dari Marabahan ke Alalak, ternyata cenderung merugikan dalam sudut pandang tata kota.
Diskusi yang dipantik wacana anggota Komisi II DPR RI, Muhammad Rifqi Karsayuda, tersebut terus berkembang cukup luas.
Namun terlepas dari kebebebasan berekspresi dan berpendapat, ternyata pemindahan itu belum memiliki dasar yang kuat.
"Pemindahan ibu kota Batola itu belum memiliki dasar kuat, kalau dikaitkan secara urgensi dan sudut pandang komprehensif," papar pengamat tata kota Subhan Syarif, Rabu (11/1).
"Pun proses pemindahan harus melalui tahapan kelayakan yang ditinjau dari segi ilmiah atau keilmuan," imbuhnya.
Kemudian mesti dibuat keputusan kebijakan politik dari berbagai unsur. Mulai dari pemerintah kabupaten, DPRD setempat dan unsur masyarakat.
"Kalau hanya dilihat dari aspek politik, pemindahan itu tak memiliki dasar kuat. Bahkan bisa saja kontraproduktif, serta merugikan kepentingan pertumbuhan dan pembangunan Batola secara menyeluruh," tegas Subhan.
"Semestinya wakil rakyat memberikan dukungan agar Marabahan dan kawasan lain bisa tumbuh berkembang dengan kekhasan masing-masing," tambahnya.
Salah satu ide yang dilontarkan Subhan adalah mengarahkan Marabahan menjadi kota pertanian atau perikanan modern.
Baca Juga: Tiga Mantan Bupati Batola Buka Suara Soal Pemindahan Ibu Kota ke Alalak
Baca Juga: Akademisi ULM Soroti Impian Pemindahan Ibu Kota Batola ke Alalak
Apalagi secara geografis, Marabahan juga dikelilingi banyak sungai buatan atau kanalisasi, serta beberapa sungai alami.
"Bisa dibayangkan betapa unik Marabahan, ketika sungai-sungai galian dalam kota diperbesar dan bisa dilalui perahu besar, serta saling terkoneksi sampai ke Sungai Barito," papar Subhan.
Kemudian pusat pasar pangan dan sandang seperti kebutuhan pokok di Marabahan, dibangun secara modern dan berarsitektur khas untuk menambah daya tarik.
"Sedianya penataan kabupaten/kota di Kalsel perlu mengutamakan aspek keunggulan geografis dan filosofis. Akhirnya muncul keunggulan kompetitif dan kekhasan masing-masing daerah," harap Subhan.
Keuntungan Banjarmasin
Lantas seandainya pemindahan terealisasi, dikhawatirkan berdampak terhadap kerterpurukan kawasan lain di Batola.
"Bagaimanapun pembangunan akan bertumpuk di kawasan pusat. Sedangkan di kawasan lain terjadi stagnasi dan bukan tak mungkin Marabahan akan menjadi kota mati," cetus Subhan.
"Sebaliknya pemindahan ibu kota Batola dari Marabahan ke Alalak, bisa saja jauh lebih menguntungkan Banjarmasin," tambahnya.
Terkoneksi oleh Jembatan Sungai Alalak, warga Banjarmasin sangat mudah memadati Alalak dengan berbagai aktivitas ekonomi dan bisnis.
Imbas selanjutnya adalah nilai kawasan lahan di perbatasan Banjarmasin dengan Barito Kuala akan semakin meningkat tajam.
"Batola mungkin hanya diuntungkan pemasukan pajak dan peningkatan investasi," tukas Subhan.
"Namun itu masih belum sebanding dengan pengeluaran dana pemerintah untuk memindahkan dan membangun infrastruktur fisik penunjang operasional pemerintahan," pungkasnya.
Baca Juga: Belum Mendesak, Alasan Tokoh Muda Soroti Wacana Pemindahan Ibu Kota Batola
Baca Juga: Digelar Terbuka Lagi, Haul Datu Bakumpai Dipusatkan di Masjid Nurul Anwar Marabahan