bakabar.com, BANJARMASIN - Sosok komika, Kiky Saputri beberapa waktu terakhir menjadi perbincangan. Hal itu terjadi karena curhatannya perihal perbandingan pengalaman mengantarkan mertua berobat di dokter Indonesia dan Singapura.
Ketika berobat di rumah sakit Indonesia, mertuanya didiagnosis mengalami stroke telinga. Sedangkan ketika dibawa ke Singapura, dokter setempat berpendapat bahwa mertua Kiky mengalami flu.
"Akhirnya ke rumah sakit Singapura dan diketawakan sama dokternya mana ada stroke kuping. Itu cuman flu jadinya bindeng ke telinga dan sekarang sudah sembuh. Kocak kan?" cerita Kiky.
Semenjak cerita tersebut viral, banyak netizen yang akhirnya ikut membandingkan bagaimana kualitas RS di Indonesia dan di luar negeri.
Beda Metode Pemeriksaan RS RI vs Luar Negeri
Ketua Umum Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Dr dr Mohammad Adib Khumaidi, SpOT menjelaskan ada perbedaan antara metode pemeriksaan yang dilakukan RS di Indonesia dan luar negeri .
"Di setiap pemeriksaan, ada namanya clinical pathway di Indonesia," jelas dr Adib dikutip dari detikHealth, Sabtu (11/3).
"Sehingga mana yang kemudian (dilakukan) penyesuaian. Tidak semua kemudian harus diperiksa laboratorium, tidak ya. Tapi sesuai dengan apa yang ditemukan pada saat melakukan analisa dan pemeriksaan fisik," sambungnya.
Berbeda dengan Indonesia yang melakukan pemilahan dalam melakukan pemeriksaan, pengecekan kesehatan di luar negeri biasanya dilakukan dengan paket keseluruhan.
"Karena kalau umpanya tidak melakukan clinical pathway, tidak menyesuaikan PTK (Pedoman Praktik Klinik) nanti akan ada ketidakefisienan pembiayaan. Artinya kita melihat juga dari sisi BPJS," jelas dr Adib.
IDI Pastikan Dokter Indonesia Tak Kalah dengan Luar Negeri
Walau ada perbedaan dalam metode penanganan, dr Adib memastikan bahwa dokter yang ada di Indonesia punya kualitas yang tak kalah dengan dokter di luar negeri.
"Tidak kalah. Saya menjamin bahwa dokter Indonesia lebih baik," ucapnya.
"Dari sisi SDM, dari sisi pelayanan, Indonesia mampu mengatasi permasalahan-permasalahan kesehatan. Ini kemudian yang sekarang pun juga pemerintah sedang mendorong untuk masalah teknologi," lanjutnya.
Lantas, bagaimana respons Kemenkes soal curhatan Kiky Saputri?
Kemenkes Sebut Curhatan Kiky Saputri Tak Bisa Disamaratakan
Juru bicara Kementerian Kesehatan dr Mohammad Syahril mengatakan kasus yang dialami oleh Kiky tak bisa disamaratakan.
"Apa yang disampaikan Kiky itu kan kasuistis ya. Kalau kasuistis itu tidak bisa digeneralisasi, tidak semua begitu," kata Juru Bicara Kemenkes dr Mohammad Syahril.
Adapun soal istilah 'stroke kuping', dr Syahril mengatakan bahwa memang ada banyak istilah dalam kedokteran yang dibuat sederhana agar lebih mudah dipahami masyarakat.
"Ada stroke kuping, ada stroke mata, stroke wajah. Stroke itu tidak selalu lumpuh tangan, kaki, tergantung saraf yang kena. Stroke kuping itu berarti ya ada gangguan saraf di kupingnya," jelasnya.
"Jantung bengkak itu kan istilahnya tidak ada tapi kita memudahkan agar lebih mudah dimengerti," sambungnya.
Kemenkes Singgung Kualitas Dokter Indonesia
Senada dengan Ketua Umum IDI, dr Syahril juga menyebut bahwa tenaga kesehatan di Indonesia juga tidak kalah bagus dengan tenaga kesehatan di luar negeri.
"SDM kita juga tidak kalah, tetapi tidak bisa apple to apple membandingkan karena ini sangat kompleks. Namun, dari segi ilmunya saja kurang lebih sama," terang Syahril.
"Dokter-dokter kita bukan hanya menjadi pengajar di Malaysia, tapi juga Singapura, Korea, ahli kosmetik ada juga dari Indonesia. Ya, permasalahannya kenapa mereka ke sana? Ini satu solusi yang harus kita lakukan," tandasnya.
Lebih lanjut, dr Syahril juga meyakinkan masyarakat untuk tidak perlu pergi ke luar negeri untuk mendapatkan kualitas layanan kesehatan yang baik.
"Kita harus yakin dengan potensi bangsa kita, harus yakin, dokter kita hebat-hebat, RS kita bagus-bagus. Kekurangan-kekurangan kita itu, nanti kita lakukan dengan transformasi tadi, termasuk layanan primer," ucap dr Syahril.
"270 juta penduduk kita itu harus dilayani dengan sebaik mungkin, walaupun dia pakai BPJS Kesehatan. Ini terakhir bapak Presiden memberi tugas kepada Menkes yaitu melakukan rancangan UU Kesehatan, memberikan suatu jawaban atau solusi ya untuk melakukan penataan perbaikan dan penyempurnaan sistem pelayanan kesehatan kita," pungkasnya.