bakabar.com, JAKARTA - Ipsos Indonesia mengumumkan bahwa berdasarkan riset independen bertajuk "Indonesia Short Video White Paper 2023", menyoroti bagaimana masyarakat mengakses media sosial, khususnya platform video pendek.
Executive Director Ipsos Indonesia, Joseph Kristofel menjelaskan jika melihat melalui data tren penggunaannya, sosial media memang masih menjadi nomor satu mengingat usia platform yang sudah panjang.
Tak jauh di bawahnya, ada video pendek yang umurnya relatif masih muda bukan kali hanya di Indonesia, tapi juga di global," kata Joseph saat media gathering SnackVideo di Jakarta, Selasa (7/3).
Baca Juga: TikTok TV Hadir di Indonesia, Nonton Video dengan Layar Lebih Besar
Melansir data Ipsos, kebiasaan masyarakat dalam mengunakan video pendek untuk mencari informasi atau hiburan berada di bawah sosial media dan video panjang.
"Untuk ukuran usianya yang muda, tapi untuk pertumbuhan tahun ke tahun dari video pendek itu yang luar biasa. Survei yang dilakukan pada kuartal pertama tahun ini, ternyata video pendek ada di urutan ketiga," bebernya.
Pertumbuhan Video Pendek di Indonesia
Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa secara gabungan pertumbuhan rata-rata tahunan video pendek mencapai 55 persen dalam tiga tahun terakhir.
"Karena frekuensi penggunaan video pendek tinggi sekali makanya sampai 55 persen. Sementara beberapa media pertumbuhannya malah negatif, apalagi media-media yang sifatnya legacy," terangnya.
Baca Juga: Ada Sinetron di SnackVideo, Gandeng Meriam Belina hingga Megan Domani
Ipsos menganggap kepopuleran penggunaan video pendek dalam beberapa tahun terakhir lantaran masyarakat lebih banyak menghabiskan waktunya dengan berselancar internet.
"Peran video pendek untuk masyarakat Indonesia itu paling besar untuk membuang waktu dan hiburan. Setelah dikalkulasi, mereka menghabiskan waktu menonton video pendek sampai 2 jam 6 menit per harinya," pungkasnya.