bakabar.com, JAKARTA - Siapa sangka, setelah Undang-Undang Cipta Kerja (UU Ciptaker) disahkan pada Senin (5/10) lalu, nilai tukar rupiah melesat naik selama lima hari berturut-turut, hingga sempat teratas di Asia.
Undang-undang Cipta Kerja yang disahkan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) disambut baik pelaku pasar dalam dan luar negeri karena dianggap bisa memperbaiki iklim investasi di dalam negeri. Rupiah pun menguat hingga 0,54% di hari Selasa.
Pada Selasa (6/10/2020), kurs tengah BI atau kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 14.712. Rupiah menguat signifikan 1,04% dibandingkan posisi hari sebelumnya.
Hingga pertengahan perdagangan Jumat (9/10). Dolar AS yang sedang lesu membuat rupiah berpeluang membekukan penguatan 5 hari beruntun.
Melansir data Refinitiv, Jumat (9/10/2020), rupiah membuka perdagangan dengan menguat 0,17% di Rp 14.660/US$, setelahnya sempat berbalik melemah 0,17% ke Rp 14.710/US$. Kemudian menguat 0,07% di Rp 14.675/US$ hingga pukul 12:00 WIB.
Namun, di sisi lain UU Cipta Kerja memicu penolakan yang masif. Buruh melakukan demo dan mogok kerja besar dalam 3 hari terakhir, yang membuat pelaku pasar berhati-hati, rupiah pun menguat tipis-tipis melawan dolar AS yang lesu.
Dolar AS sedang lesu dalam 2 hari terakhir, tarik ulur pembahasan stimulus fiskal tidak bisa membantu kinerja the greenback. Dolar AS dalam situasi “maju kena, mundur kena” menghadapi stimulus fiskal.
Presiden AS, Donald Trump, pada Selasa waktu setempat meminta perundingan stimulus senilai US$ 2,2 triliun dihentikan hingga pemilihan presiden 3 November mendatang.
“Saya menginstruksikan perwakilan untuk berhenti bernegosiasi sampai setelah pemilihan presiden,” tulisnya di Twitter pribadinya @realDonaldTrump, Selasa (6/10) waktu setempat.
Dolar AS sempat menguat merespon hal tersebut. Terbaru, Presiden Trump berubah sikap terhadap stimulus fiskal, kini mendesak Kongres menyetujui program stimulus senilai US$ 1.200 untuk Bantuan Langsung Tunai (BLT) bagi warga AS, kemudian US$ 25 miliar untuk industri penerbangan, dan US$ 135 miliar pinjaman untuk usaha kecil.
Berubahnya sikap Trump tersebut membuat sentimen pelaku pasar membaik, bursa saham AS melesat naik dalam 2 hari terakhir, yang mengindikasikan sentimen pelaku pasar membaik dan bisa menjadi sentimen positif bagi rupiah pada perdagangan hari ini.
Kala sentimen pelaku pasar membaik, dolar AS yang merupakan aset safe haven menjadi tidak menarik. Selain itu, jika stimulus fiskal cair, maka jumlah uang yang beredar akan bertambah di perekonomian, nilai dolar AS pun akan melemah.