bakabar.com, BANJARMASIN - Update terbaru korban tewas gempa di Turki - Suriah, Rabu (8/2/2023) dikabarkan terus bertambah. Total sudah 7.826 orang tewas, bahkan 5 Warga Negara Indonesia (5) masih dalam pencarian.
Kementerian Luar Negeri (Kemlu) RI memastikan seorang ibu dua anak di Antakya dan dua spa-therapist di Diyarbakir belum bisa dihubungi.
“Hingga saat ini belum bisa dikontak,” kata Direktur Perlindungan WNI dan BHI Kemlu Judha Nugraha dilansir Tempo, Rabu (8/2/2023).
Saat ini 500 WNI dari total 6.500 orang Indonesia di Turki, tinggal di area gempa dan sekitarnya.
KBRI Ankara mencatat jumlah WNI yang terkena dampak langsung seperti luka-luka tercatat 10 orang pada Senin (6/2/2023) malam, saat terjadi gempa.
Empat di antaranya dirawat di rumah sakit, termasuk 1 orang di Kahramanmaras dan 2 orang Hatay yang dilaporkan sebelumnya. Enam orang lainnya masih dalam upaya evakuasi di berbagai area.
Duta Besar RI untuk Turki, Lalu Muhamad Iqbal pada Selasa, 7 Februari 2023, menyatakan, pihaknya sedang mengupayakan evakuasi WNI yang terdampak gempa Turki.
Sejauh ini belum ada WNI yang termasuk korban tewas, namun banyak yang terdampak, termasuk 40 orang Indonesia yang rumahnya hancur oleh gempa.
KBRI membagi empat tim untuk mengevakuasi WNI di berbagai wilayah seperti Gaziantep, Kahramanmaras, Adana, Hatay dan Diyarbakir menuju Ankara.
Kemlu dalam pernyataan menyebut KBRI Damaskus juga telah mengirimkan Tim menuju Aleppo dan Hama, untuk memastikan ada tidaknya WNI yang menjadi korban di Suriah.
Sementara itu, World Health Organization (WHO) memperingatkan 23 juta orang terdampak gempa Turki-Suriah. Badan kesehatan dunia itu mendesak negara-negara dunia untuk segera memberikan bantuan ke zona bencana.
Korban terbaru menunjukkan 5.894 orang tewas di Turki dan setidaknya 1.932 di Suriah, dengan total gabungan kematian mencapai 7.826 orang.
Ada kekhawatiran bahwa jumlah korban akan terus meningkat. Pejabat WHO memperkirakan hingga 20.000 orang mungkin telah meninggal.
Kantor berita AFP, melaporkan Rabu (8/2/2023) sejumlah orang di jalanan mencoba membakar puing-puing bangunan.
Puing-puing yang terbakar digunakan untuk menghangatkan badan di tengah cuaca dingin.
Petugas penyelamat terus berusaha mencari korban. Salah satu yang paling heroik adalah menyelamatkan bayi yang baru saja lahir di puing-puing bangunan di Suriah.
Bayi itu masih terikat tali pusat ibunya. Sayangnya, ibunya tewas tertimpa reruntuhan.
"Kami mendengar suara saat sedang menggali," kata saksi mata, Khalil al-Suwadi, kepada AFP.
"Kami membersihkan debu dan menemukan bayi dengan tali pusar (utuh) jadi kami memotongnya dan sepupu saya membawanya ke rumah sakit."
Jumlah korban tewas diprediksi terus meningkat secara signifikan seiring proses evakuasi yang terus dilakukan. Seorang pejabat PBB mengaku khawatir ribuan anak menjadi korban tewas.
Tercatat ribuan bangunan roboh, rumah sakit dan sekolah hancur. Sementara puluhan ribu orang terluka atau kehilangan tempat tinggal di beberapa kota Turki dan Suriah.
Seperti diketahui, gempa bumi bermagnitudo 7,4 telah terjadi di Provinsi Kahramanmaras, Gaziantep, dan Osmaniye, di bagian selatan Turki, pada Senin sore. Pusat gempa di Provinsi Kahramanmaras, sekitar 600 kilometer sebelah tenggara Ankara.
Bencana itu disusul dua gempa lanjutan yang berkekuatan magnitudo 6,4 dan 6,5 di Provinsi Gaziantep, yang berjarak 700 kilometer sebelah tenggara Turki.
Bagit Turki, gempa ini paling mematikan sejak 1999 - dan yang kedua satu jam kemudian.
Otoritas Turki mengatakan sekitar 13,5 juta orang terkena dampak di wilayah yang membentang sekitar 450 km (280 mil) dari Adana di barat hingga Diyarbakir di timur, dan 300 km dari Malatya di utara hingga Hatay di selatan.
Otoritas Suriah telah melaporkan kematian di wilayah selatan Hama, sekitar 100 km dari pusat gempa.
"Sekarang berpacu dengan waktu," kata Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia Tedros Adhanom Ghebreyesus di Jenewa.
"Setiap menit, setiap jam berlalu, peluang untuk menemukan orang yang selamat semakin berkurang," tandasnya.
Cuaca musim dingin yang ekstrem juga menghambat upaya penyelamatan dan pengiriman bantuan. Kondisi ini membuat keadaan korban gempa semakin menyedihkan. Beberapa daerah bahkan sudah kehabisan bahan bakar dan warganya hidup tanpa listrik.
Pejabat bantuan menyuarakan keprihatinan khusus tentang situasi di Suriah, yang telah dilanda krisis kemanusiaan setelah hampir 12 tahun perang saudara.
Presiden Turki, Erdogan menyatakan 10 provinsi Turki yang terkena dampak sebagai zona bencana dan memberlakukan keadaan darurat di wilayah tersebut selama 3 bulan.
Kebijakan itu memungkinkan pemerintah untuk memintas parlemen dalam memberlakukan undang-undang baru dan untuk membatasi atau menangguhkan hak dan kebebasan.
Pemerintah berencana membuka hotel di pusat pariwisata Antalya, di sebelah barat, untuk menampung orang-orang yang terkena dampak gempa.
Baca Juga: Indonesia Kirim Satu Kontainer Bahan Makanan untuk Korban Gempa Turki