Sebagai informasi, perusahaan NIEM sebenarnya merupakan anak perusahaan dibawah NV Handelsvennootschap (dulunya bernama Maintz & co). Sementara itu, Maintz and co berkedudukan di Amsterdam dan masuk pertama ke Surabaya pada akhir abad ke-19.
Menurut Bagus, NIEM lantas berekspansi menjadi Nederlansche Indische Gas Maastchappij (NIGM) pada 1909.
"Kemudian, pada 26 April 1909, NIGM mendirikan anak perusahaan lain dengan nama Algemeene Nederlandsche Indische Electriciteit Maatschappij atau (ANIEM)," lanjutnya.
Baca Juga: Jejak Langgar Merdeka, Pernah Jadi Toko Ganja Hingga di Bom Belanda
Dalam waktu sepuluh tahun ANIEM terus berkarya dan bertransformasi. Perkembangannya pesat, semula hanya sekadar anak perusahaan menjadi raksasa dengan penguasaan 40 persen dari total pasokan listrik se-Hindia Belanda.
Sedangkan puncak kejayaan ekspansi ANIEM terjadi pada 1937 ketika seluruh pengelolaan listrik di Jawa Tengah, Jawa Timur dan Pulau Kalimantan diserahkan kepada ANIEM.
Magelang dan ANIEM
"ANIEM pertama kali membuka jaringan listriknya di Magelang pada 1924," tutur Bagus.
Kepada bakabar.com, Bagus menceritakan, Kantor NV ANIEM di Magelang dulunya terletak di Bayemanweg atau sekarang Jalan Tentara Pelajar.
Cara kerja listrik ANIEM di Magelang
"NV ANIEM atau umum disebut dengan ANIEM memanfaatkan air sungai Tuntang Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Jelok yang berada di sebelah timur Ambarawa sebagai sumber utama pasokan listriknya," paparnya.
Untuk diketahui PLTA di Tuntang juga berjasa menerangi wilayah Semarang, Magelang, Salatiga, Ambarawa, Boyolali, dan sekitarnya.
Ia menuturkan, cara kerja PLTA menggunakan tenaga listrik hasil pemutaran turbin dari Sungai Tuntang yang bersumber dari Rawapening.
"Tenaga PLTA tersebut menghasilkan daya listrik rata-rata 30kV dan disebarkan melalui jaringan transmisi saluran tegangan tinggi (SUTET) yang berakhir di gardu induk Kebonpolo," ujarnya.
Baca Juga: Menyusuri Jejak Sejarah GPIB Beth El Magelang Usianya Lebih dari 2 Abad
Selanjutnya, sambung Bagus, dari gardu induk tersebut, listrik disalurkan melalui gardu-gardu transformator (transformatorhuis) yang masih dapat ditemukan di sudut kota Magelang.
"Tegangan untuk pelanggan ANIEM pertama kali dulu dapatkan hanya 60 watt sehingga cuma mampu untuk menyalakan satu bohlam lampu," kata Bagus kepada bakabar.com.
Tak hanya itu, Bagus menceritakan, listrik pada awal distribusi ANIEM masih belum stabil.