bakabar.com, JAKARTA - Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Suharso Monoarfa menegaskan transformasi pangan diarahkan agar mampu membangun sumber daya manusia (SDM)
“Dampak yang diharapkan adalah pemenuhan pangan dan gizi yang cukup, beragam, bergizi seimbang, dan aman,” ujarnya saat menerima kunjungan Wakil Bank Dunia untuk Indonesia dan Timor-Leste Satu Kahkoen yang dikutip dari laman resmi Instagram @suharsomonoarfa, Jakarta, Kamis (11/5).
Lebih lanjut, transformasi sistem pangan diharapkan pula mampu memberikan dampak (impact) lebih besar pada pembangunan sosial, ekonomi dan lingkungan hidup, sebagaimana termuat dalam Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs).
Dalam konteks global, dia menerangkan bahwa transformasi sistem pangan merupakan salah satu upaya dari United Nations (UN) Decade Actions untuk mencapai SDGs pada tahun 2030.
Baca Juga: Proyeksi 100 Tahun Bali, Suharso: Hadapi Persaingan Global yang Ketat
“Indonesia telah memberikan komitmen yang tinggi kepada masyarakat dunia, baik untuk melaksanakan dan mencapai target-target TPB/SDGs, maupun untuk melaksanakan transformasi sistem pangan itu sendiri. Hal ini merupakan kontribusi nyata Indonesia, dalam membangun peradaban dunia yang lebih baik dan lebih berkelanjutan,” ungkap dia.
Menuju Indonesia Emas 2045, Indonesia disebut harus mampu keluar dari jebakan negara berpendapatan menengah (middle income trap) yang sudah berlangsung hampir 30 tahun. Pada tahun itu pula, Indonesia harus mampu menjadi sebuah negara maju yang semakin berdaulat, adil, dan makmur.
Dalam melaksanakan komitmen global dan mencapai Indonesia Emas 2045, ditegaskan bahwa salah satu momentum yang harus dijaga adalah pemanfaatan bonus demografi. Dalam konteks besar tersebut, pembangunan pangan dan gizi serta transformasi sistem pangan berperan nyata dalam menyiapkan generasi Indonesia Emas 2045.
Baca Juga: Dana Terbatas, Begini Strategi Bappenas Wujudkan SDGs 2030 Tepat Waktu
Banyak hal mendasar yang perlu diperbaiki dan dipersiapkan. Salah satunya adalah isu stunting pada balita karena sangat mempengaruhi kinerja pembangunan nasional.
Menurut Suharso, isu stunting balita merupakan salah satu tantangan yang harus diselesaikan agar bisa mencapai target SDGs sebelum tahun 2030. "Isu stunting balita juga mempengaruhi beberapa capaian Indonesia, sebagaimana tercermin dalam beberapa indeks, antara lain Global Hunger Index dan Global Food Security Index,” tandasnya.