bakabar.com, JAKARTA - Penutupan TikTok Shop bukan isu krusial. Ekonom UGM, Hargo Utomo tegas meyebut begitu.
Kata dia, ada yang lebih krusial. Yakni data ownership dan utilisas, serta pengendalian data di Tiktok. Terutama dalam aspek security.
Pasalnya, data mining bisa dilakukan dengan eksplorasi traffic dan perilaku pengguna TikTok. Ini berbahaya.
Baca Juga: TikTok Shop Ditutup Sore Ini, Gimana Nasib User?
"Pemilik bisa saja memanfaatkan data untuk spy atau sejenisnya," terang Hargo kepada bakabar.com, Rabu (4/10).
Karena itu, sekali lagi dia menegaskan. Penutupan bukanlah isu yang krusial. Dia lebih menyoroti aspek tatapamong setelah adanya pelarangan TikTok Shop.
"Jadi bukan Izin sosial media ke sosial commerce. Tetapi yang lebih krusial adalah tatapamong (governance)," ungkapnya.
Penting untuk tahu. Terdapat tiga aspek tatapamong yang dia soroti.
Pertama, inovasi social commerce yang tidak bisa dibendung. Tapi masih mungkin diarahkan dan diselaraskan dengan agenda transformasi digital.
Kedua, butuh adanya registrasi lokal aplikasi soc commerce. Hal itu bertujuan untuk pengendalian content dan juga perlindungan konsumen.
Ketiga, pemerintah sebagai regulator juga bisa berperan dalam hal pengawasan. Terkait kejelasan entitas bisnisnya, hak-hak konsumen dan kepatuhan soc commerce pada perpajakan.
Di samping itu, dia beranggapan tutupnya TikTok Shop hanyalah sementara. Tidak lama lagi bakal muncul dengan baju baru-nya.
Baca Juga: TikTok Shop Akhirnya 'Nyerah', Setop Beroperasi Mulai Besok 4 Oktober
"(Besok) akan muncul lagi Tiktok marketplace. Seperti halnya Shopee Live," yakin dia.
Jadi, jika ditanya apakah kebijakan pemerintah untuk menutup TikTok Shop akan merugikan perusahaan tersebut? Dia menjawab tidak.
"Ya, perusahaan enggak rugi. Mereka akan inovatif," pungkasnya.