bakabar.com, JAKARTA – Badan Pangan Nasional (Bapanas) berperan aktif mencari solusi atas keberadaan ternak sisa penjualan pada momen Iduladha di Jabodetabek yang tidak bisa dibawa pulang ke daerah asal. Pasalnya, untuk menghindarkan kerugian dan risiko penyebaran penyakit LSD, ternak tersebut dapat diserap untuk menjaga stabilisasi pasokan dan harga daging sapi di Jabodetabek sebagai daerah konsumsi.
Pernyataan tersebut disampaikan Kepala Bapanas Arief Prasetyo Adi melalui keterangannya Rabu, (5/7), di Kantor Bapanas, Jakarta. Menurutnya, keberadaan ternak sapi yang tidak bisa kembali ke daerah asal tersebut bisa merugikan peternak rakyat.
Untuk mengantisipasi hal tersebut, Bapanas segera bertindak mempertemukan stakeholder terkait untuk mencari solusi. Salah satunya mendorong dilakukan penyerapan oleh pelaku usaha pangan BUMN, BUMD, dan swasta.
“Selasa kemarin kita sudah gelar pertemuan mengundang para pihak terkait seperti Gubernur NTB, perwakilan Kementerian/Lembaga terkait Kantor Staf Presiden (KSP), Kemenko Perekonomian, Kementerian Pertanian, Dinas Provinsi terkait, Perum BULOG, ID FOOD, PT Berdikari, Perumda Dharma Jaya, Asosiasi Pedagang Daging Indonesia (APDI), dan para Peternak. Kita mendorong disepakati langkah-langkah solutif yang tidak merugikan pihak manapun. Salah satunya mendorong penyerapan sapi-sapi tersebut oleh BUMN dan BUMD pangan guna memenuhi kebutuhan konsumsi daging di Jabodetabek sekaligus menghindarkan kerugian peternak,” ujarnya.
Baca Juga: Kebijakan Pangan, Bapanas Gandeng BRIN Perkuat Riset dan Inovasi
Diketahui saat ini sisa sapi hidup yang tidak terjual pada perayaan Iduladha 2023 dan tidak bisa dikembalikan ke daerah asal sebanyak 2.152 ekor yang terdiri dari 1.140 ekor dari NTB dan 662 ekor dari NTT.
“Sisa hewan kurban yang akan dikembalikan ke daerah asal sebagian besar adalah sapi yang berasal dari NTB. Peternak saat ini kesulitan menjual sisa hewan kurban karena masa HBKN Idul Adha telah usai. Situasi ini dimanfaatkan oleh sejumlah oknum pedagang yang menawar sapi sisa kurban tersebut dengan harga murah jauh di bawah Harga Acuan Pembelian (HAP) bobot hidup tingkat produsen. Bahkan ada yang menawar hingga Rp 30.000 per kg bobot hidup,” paparnya.
Arief menjelaskan, untuk membantu mengatasi kondisi ini, PT Berdikari siap mendukung penyediaan tempat (kandang) yang berlokasi di areal Pabrik Gula (PG) Jatitujuh Majalengka dan Pupuk Kujang Cikampek, dengan kapasitas maksimal 600 ekor. “Dalam skema ini peternak bisa menggunakan kandang Berdikari di luar biaya operasional, untuk menyimpan sapi-sapi tersebut sampai menunggu penjualan,” ujarnya
Sementara itu, Arief menambahkan, BUMD DKI Jakarta yang bergerak di bidang peternakan juga siap mendukung mengatasi kelebihan pasokan hewan kurban ini. Perumda Dharma Jaya berkomitmen melakukan penyerapan sekitar 100-150 ekor sapi yang tidak bisa kembali ke NTB dan NTT dengan harga yang wajar. Tidak hanya di wilayah Jabodetabek, pelaku usaha ternak di Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah, telah menyampaikan siap membantu menyerap sekitar 300 ekor sapi.
Baca Juga: Harga Bawang Putih Naik, Bapanas: Stok di Bawah Kebutuhan Nasional
“Untuk mengakomodir pembelian dari luar pulau, kita perlu dukungan Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) Kementerian Pertanian terkait surat keterangan kesehatan hewan serta vaksin LSD (Lumpy Skin Desease),” tuturnya.
Dari asosiasi, menurut Arief, APDI menyampaikan siap membantu penjualan dalam bentuk daging. “Jadi setelah sapi terserap dan diproses menjadi daging, pasarnya sudah kita siapkan melalui APDI. Maka dalam upaya ini, kita tidak hanya amankan hulunya dengan mendorong penyerapan tetapi juga mengamankan hilirnya,” tuturnya.
Lebih lanjut, Arief mengungkapkan, untuk mengkonkretkan langkah-langkah tersebut Bapanas segera melakukan koordinasi lanjutan dengan para stakeholder daging nasional. Ia juga mendorong segera dilakukan komunikasi B to B antara peternak dan pelaku usaha untuk kesepakatan harga jual serta teknis pembayaran.
“Kita juga lakukan inventarisasi data peternak agar dapat segera dihubungkan dengan calon pembeli potensial (pelaku/asosiasi). Pada intinya kita siap bantu bangun sinergi untuk carikan solusi. Sangat disayangkan apabila (sapi-sapi tersebut) kembali ke daerah asal yang tentunya akan menimbulkan banyak biaya tambahan, sementara di Jabodetabek sendiri masih terus mendatangkan pasokan daging sapi dari luar wilayah untuk memenuhi permintaan yang tinggi,” ujarnya.
Baca Juga: Gerakan Pangan Murah, Bapanas: Gerak Cepat Menjaga Stabilitas Harga
Guna mencegah hal ini agar tidak terjadi kembali, Arief mengatakan, ke depannya Bapanas akan melakukan kerja sama pendataan populasi dan lalu-lintas (keluar masuk) hewan ternak dengan provinsi-provinsi yang menjadi sentra peternakan sapi.
“Ini akan memperkuat data base kita, sehingga bisa diukur secara presisi berapa populasi sapi hidup di suatu wilayah dan berapa jumlah maksimal yang boleh keluar. Hal ini sejalan dengan arahan Bapak Presiden yang menekankan penguatan sinergi untuk mengamankan pangan nasional,” pungkasnya.
Sementara itu, Gubernur NTB Zulkieflimansyah yang turut berpartisipasi pada pertemuan tersebut menyampaikan respon positif atas upaya dan gerak cepat NFA mencari penyelesaian atas kelebihan pasokan sapi yang diantaranya berasal dari NTB.
Adapun pertemuan pembahasan solusi bagi hewan ternak sisa penjualan Idul Adha yang digelar secara daring pada Selasa, (4/7) dihadiri oleh Gubernur NTB, Deputi Kantor Staf Presiden (KSP), Sekretaris Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) Kementerian Pertanian, Direktur Perbibitan dan Produksi Ternak, Kepala Pusat Karantina Hewan dan Keamanan Hayati, Asisten Deputi Pengembangan Agribisnis Peternakan dan Perikanan Kemenko Perekonomian, Kepala Dinas Peternakan NTB, Kepala Dinas Pangan NTB, perwakilan PT Dharma Jaya, Perum BULOG, ID FOOD, PT Berdikari, Asosiasi Pedagang Daging Indonesia (APDI) dan Peternak.