bakabar.com, CIANJUR - Proyek geothermal di Gunung Gede Pangrango, Cianjur disinyalir mulai digarap. Warga pun terancam kehilangan sumber mata air serta lahan.
Dimulainya proyek itu terlihat dari pemasangan plang pembatas lahan di kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP) Cianjur. Warga Kampung Gunung Putri, Desa Sukatani, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur langsung menolak keras adanya rencana proyek geothermal itu.
Menurut mereka, proyek geothermal tersebut akan mengancam wilayah tempat tinggal mereka. Mulai dari hilangnya sumber mata air untuk keperluan warga hingga tergerusnya lahan garapan untuk berkebun.
Terlebih, 90 persen warga Kampung Gunung Putri merupakan petani. Mereka menggarap lahan eks Perhutani yang sekarang menjadi milik TNGGP.
“Kalau lahan tersebut digunakan untuk proyek geothermal, artinya mata pencaharian kami akan hilang," ucap tokoh masyarakat Kampung Gunung Putri, Muhtar kepada bakabar.com, Jumat (11/8).
Dampak negatif lainnya adalah kerusakan alam di kawasan Gunung Gede dan sumber daya alam yang terkandung di dalamnya.
Sebabnya, lahan yang akan digunakan dalam proyek geothermal tersebut bukan hanya miliki TNGGP saja. Ada sebagian lahan lain yang akan digunakan di kawasan Gunung Gede Pangrango.
“Kami khawatir akan ada eksploitasi alam besar-besaran,” kata Muhtar.
Selain itu, dampak negatif juga akan mengancam sejumlah kearifan lokal yang disakralkan. Seperti Goa Petilasan Eyang Haji Suryakencana, Situs Budaya Leuwit Salawe Jajar atau lumbung padi, Petilasan Makam 2 Prabu Siliwangi, Batu Dongdang, Batu Korsi, Sumur tujuh, Air Keramat dan lain-lain.
"Di bagian atas lahan banyak sekali petilasan-petilasan para leluhur kita, pendiri kota Cianjur ini, kami takut ini akan musnah," ujar tokoh pemuda Desa Sukatani, Dadang.
Senada dengan tokoh pemuda, Ketua Aliansi Masyarakat Gunung Gede Pangrango, Aherrajudin mengatakan pihaknya juga menolak proyek geothermal ini. Pasalnya, dia telah melihat daerah- daerah di luar Cianjur juga rusak terkena program serupa.
Selain itu, pihaknya menilai bahwa pemerintah dan perusahaan tidak terbuka tentang rencana proyek geothermal ini. Keduanya belum pernah mengajak warga berdiskusi tentang dampak proyek ini.
"Harusnya kami diajak diskusi karena kalau terjadi sesuatu, kamilah yang bakal paling terkena dampaknya," tandas Aherrajudin.
Aherrajudin juga mengatakan bahwa penjelasan pemerintah dan perusahaan juga selalu berubah-ubah. Sehingga warga dibuat bingung dan hilang kepercayaan kepada mereka.
“Untuk itu, kami akan menolak program ini sampai kapanpun," pungkasnya.