Jelang Pilpres 2024

Tarung HMI, GMNI dan PMII di Pilpres 2024

Siapa yang akan jadi pemenang dalam pemilihan presiden (pilpres) 2024? Apakah GMNI PMII, ataukah Himpunan Mahasiswa Islam?

Featured-Image
Anies Baswedan, Ganjar Pranowo, dan Muhaimin Iskandar.

LAIN lagi dengan Ganjar Pranowo. Dia menjalani masa kecil di keluarga yang miskin. Ayahnya seorang polisi yang hidup sederhana. Orang tuanya membiayai Ganjar dan lima saudaranya dari bisnis jual bensin eceran. Itu pula profesi yang dilakoni Ganjar semasa kecil hingga remaja.

“Dulu waktu pulang sekolah saya disuruh kulakan bensin eceran. Dulu ya diejek, malu, bahkan waktu mahasiswa pernah hampir putus kuliah. Tapi hari ini kita jadi bangga banget rasanya,” ungkap Ganjar sambil tertawa.

Saat kuliah di Fakultas Hukum Universitas Gajah Mada, Ganjar aktif di berbagai organisasi kampus. Dia bergabung dengan Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) karena menemukan banyak kesamaan gagasan dengan Bung Karno.

Semasa mahasiswa, dia rajin berdemonstrasi. Di antara cerita yang sering diulanginya adalah saat dia harus mendemo Rektor UGM Prof Kusnadi.

Dia dan teman-temannya malah diajak ngobrol oleh sang rektor. "Saat itu pak Koesnadi, beliau malah bilang 'ngobrol sini, daripada demo-demo'. Jadinya kami ngobrol banyak," ceritanya.

GMNI menjadi kawah candradimuka bagi mahasiswa yang ingin membumikan ajaran marhaenisme. Wadah pergerakan ini terbentuk atas peleburan tiga gerakan mahasiswa yang memiliki asas Marhaenisme.

Ketiganya adalah Gerakan Mahasiswa Marhaenis yang berpusat di Jogjakarta, Gerakan Mahasiswa Merdeka yang berpusat di Surabaya, dan Gerakan Mahasiswa Demokrat Indonesia (GMDI) yang berpusat di Jakarta.

Ganjar dekat dengan Megawati Sukarnoputri. Di tahun 1992, saat masih mahasiswa, Megawati memintanya untuk masuk Partai Demokrasi Indonesia (PDI). Megawati pula yang memintanya untuk maju sebagai calon legislatif.

Saat itu Ganjar merasa deg-degan luar biasa. Dia tidak percaya diri. Namun permintaan Megawati itu dilaksanakannya dengan sungguh-sungguh, hingga dirinya sukses melenggang ke parlemen.

Dia memasuki babakan baru dalam hidupnya, yakni sebagai aktivis yang punya ruang besar di parlemen untuk berbuat banyak kepada bangsa dan negara. Dia berkesempatan untuk membumikan ajaran Marhaenisme dari Bung Karno di dalam parlemen.

DI kalangan aktivis Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), nama Muhaimin Iskandar sangat harum. Di berbagai Pelatihan Kader Dasar (PKD), namanya disebut sebagai sosok yang melahirkan paradigma kritis transformatif yang kemudian diadopsi PMII.

Pria yang sering disapa Cak Imin ataupun Gus Muhaimin itu dikenal sebagai salah satu saksi sejarah tumbangnya Soeharto sebagai simbol rezim Orde Baru yang gagal mengkooptasi kekuatan Nahdlatul Ulama (NU) pada Muktamar Cipasung tahun 1994. Di muktamar ini, Gus Dur terpilih sebagai ketua umum, sedang posisi Rois Am diamanahkan kepada KH. Moh. Ilyas Ruhiat.

Dia menjadi saksi sejarah yang merasakan langsung bagaimana suasana mencekam tekanan rezim Suharto. Saat itu, dia masih menjabat sebagai Ketua Umum PMII, yang bersama Gus Dur melakukan perlawanan pada Orde Baru.

HALAMAN
123
Editor


1 Komentar
Banner
Banner