bakabar.com, JAKARTA - Saat ini Indonesia masih menghadapi sejumlah tantangan dalam masa transisi dari bus konvensional menuju bus berbasis listrik untuk digunakan moda transportasi umum.
Menurut pengamat otomotif dari Institut Teknologi Bandung (ITB) Yannes Pasaribu, salah satu tantangan dalam peralihan tersebut adalah modal yang harus disiapkan operator.
Lebih jauh ia menjelaskan bahwa kini Indonesia sedang mengalami perubahan paradigma dari kendaraan konvensional yang menggunakan BBM ke kendaraan listrik.
"Terus terang saja, kalau kita bicara kendaraan listrik (dalam hal ini bus listrik), tantangan pertamanya itu adalah di capital expenditure atau modal yang harus disiapkan," kata Yannes dikutip Antara, Kamis (11/5).
Baca Juga: Pembiayaan Kendaraan Listrik Diprediksi Tembus Rp100 Miliar pada 2023
Pada dasarnya, kata dia, operator bus telah siap beralih untuk menggunakan bus listrik, kecuali dari sisi permodalan.
Menurut dia, tantangan permodalan disebabkan harga baterai, yang menjadi salah satu komponen penting dalam kendaraan listrik, masih terbilang mahal tidak hanya dalam konteks di Indonesia melainkan juga di dunia.
"Ini yang membuat nggak bisa cepat sebetulnya akselerasinya, kecuali ada dukungan sangat kuat dari sisi finansial atau sistem keuangan atau regulasi yang mendukung agar dari yang berhubungan dengan tarif ini bisa lebih murah," kata dia.
Yannes mengingatkan bahwa harga bus listrik bahkan bisa dua kali lipat lebih mahal dibandingkan bus konvensional.
Baca Juga: KNKT: Rem Tangan Bus Normal saat Kecelakaan di Tegal, Netizen Berdebat
Meski demikian terlepas dari harga yang tinggi, saat ini mulai banyak pemerintah kota yang mempersiapkan penggunaan bus listrik yang dimulai dari DKI Jakarta melalui Transjakarta.
Dalam percepatan peralihan menuju kendaraan listrik, Yannes menilai Indonesia menghadapi dua paradigma berbeda yang harus menjadi prioritas.
Yaitu antara peningkatan bisnis kendaraan listrik dan baterai atau peningkatan sistem transportasi yang betul-betul hijau.
"(Kalau) sistem transportasi yang betul-betul green jadi prioritas, tentunya berbagai kendaraan listrik yang untuk kepentingan mengangkut publik dalam jumlah besar inilah yang didukung bahkan disubsidi besar oleh pemerintah, bukan hanya kendaraan pribadi," tegasnya.
Baca Juga: MAB Siap Bikin Truk Listrik Berbasis Baterai di Indonesia pada 2023
Yannes menyebut bahwa pemerintah sebetulnya sudah membuat banyak kebijakan maupun regulasi peralihan menuju kendaraan listrik.
Namun yang masih menjadi "pekerjaan rumah" yaitu bagaimana agar kebijakan dan regulasi dapat segera terimplementasikan dengan baik.
Selain itu, pemerintah juga perlu benar-benar mendukung BUMN yang terkait dengan migrasi kendaraan listrik, yaitu PLN dan Pertamina.
Baca Juga: Minimnya Permohonan Konversi Motor Listrik, ESDM Ungkap Alasannya
Hal itu agar bisa mempercepat kinerjanya terutama untuk mempersiapkan infrastruktur kelistrikan dan baterai yang memadai di Indonesia.
"Ini kan ibaratnya perlu investasi yang sangat besar. Ini penting sekali karena terus terang kita kan baru mau mulai melangkah, jadi, kalau infrastrukturnya nggak kuat, kita akan lambat sekali atau sulit untuk masuk ke ekosistem kendaraan listrik," tutupnya.