bakabar.com, JAKARTA - Rezeki semut tidak akan dimakan gajah, sebaliknya rezeki gajah tidak akan dimakan semut. Hal itu lah yang selama ini diyakini Mamat (36), seorang pedagang warung madura di Jl. Kh. Syahdan Gg Keluarga, Palmerah, Jakarta Barat.
Ketika disinggung tentang pengaruh semakin banyaknya minimarket modern di setiap pojok kota, pemilik warung ini mengaku tak khawatir. Menurutnya rezeki sudah ada yang mengatur dan hal itu tidak akan pernah tertukar.
"Namanya hidup enggak terlepas dari yang namanya usaha. Kalau usaha warung gini, yang penting satu, yakin dan mau bekerja keras," ungkap Mamat kepada bakabar.com, pada Sabtu (25/2) siang.
Selalu ada celah, kata Mamat. Salah satunya, ketika warung dan minimarket modern tutup di malam hari, para pemilik warung madura siap melayani konsumen selama 24 jam.
Baca Juga: Miris! Bayi Perempuan Baru Lahir di Banyuwangi Ditemukan di Depan Warung Kopi
"Kami berani bersebelahan dengan minimarket, soalnya sudah tutup waktu larut malam. Kan namanya pembeli, kita enggak tahu, tiba-tiba tengah malam butuh apa, sabun, beras, minyak," ujarnya.
Selayaknya membangun sebuah usaha, Mamat mengaku sempat terpuruk selama beberapa bulan karena tidak mendapat keuntungan sepeser pun. Tapi kini, ia berhasil melewati masa krisis itu hingga memilki dua cabang toko madura.
"Ini sudah jalan yang ke dua tahun, walaupun masih kecil tokonya sampe sekarang, tapi alhamdulillah saya sendiri udah punya dua toko sembako seperti ini," terangnya.
Dulunya di tahun pertama, Mamat sempat bersedih hati, karena tidak dapat untung. "Jual rugi gitu, tapi berkat keluarga saya, akhirnya mutusin untuk bertahan dan bisa stabil lagi," jelasnya.
Baca Juga: Warung Tak Bisa Jual Gas 'Melon' Elpiji 3 Kg, Pertamina Beri Penjelasan
Ekspansi Warung Madura
Merebaknya warung kelontong Madura di berbagai kota besar mendapat sorotan dari banyak pihak. Selain banyak yang ngepoin sistem kerja, modal awal, segala hal dan rahasia di balik kesuksesannya
Tidak disangkal modal awal yang dibutuhkan cukup besar. Namun hal itu bukan yang utama untuk memulai warung madura. Hal itu diungkap Panji (42) seorang pedagang warung madura di jalan kemanggisan, Palmerah, Jakarta Barat.
Dirinya membeberkan strategi agar tetap eksis di antara waralaba retail raksasa lainnya, yaitu memiliki sistem berjualan yang berbeda.
Baca Juga: Keresahan Pemilik Warung soal Larangan Warung Kecil Jual LPG 3 Kg
"Kalau di minimarket kan enggak bisa beli rokok ngecer, di sini bisa. Di sana kan seperti kopi tidak bisa diecer, di sini kita bisa," ungkapnya.
Selain itu, kata Panji, "Kita juga kalau jual harga sembako itu ambil untung tipis saja. Misal dari grosir, minyak dapet harga Rp. 12000, kita jual paling Rp.12500-13000. Jadi kita enggak ambil untung banyak, yang penting barang laku cepet. Duitnya muter."