News

Tahun Depan, Freeport Bakal Naikkan Produksi Bijih Tembaga

apahabar.com, JAKARTA – PT Freeport Indonesia (PTFI) sudah memiliki rencana bisnis atau business plan dalam proses…

Featured-Image
Ilustrasi tambang emas PT Freeport Indonesia. Foto-Liputan6.com

bakabar.com, JAKARTA – PT Freeport Indonesia (PTFI) sudah memiliki rencana bisnis atau business plan dalam proses kegiatan produksi. Setidaknya produksi perusahaan sudah direncanakan secara matang hingga masa kontrak berakhir di 2041.

Presiden Direktur PT Freeport Indonesia Tony Wenas membeberkan bahwa pihaknya bakal menggenjot produksi di tambang bawah tanah pada tahun depan. Adapun volumenya menjadi sebesar 230 ribu ton bijih (tembaga) per hari dari yang sebelumnya hanya 200 ribu ton per hari.

“Kita gak seperti produksi mobil atau manufacturing lainnya. Ini tergantung dari kadar yang kita tambang juga. Per hari ini 200 ribu ton bijih/hari dan tahun depan bisa 230 ribu ton bijih/hari,” ujar dia dilansir dari CNBC Indonesia, Selasa (10/5/2022).

Hal tersebut menjadi patokan perusahaan dari segi kapasitas produksi. Sementara itu, untuk menghitung seberapa besar produksi metal yang dihasilkan, bergantung lagi dari kadar yang diambil perusahaan.

“Kalau kadar lebih rendah kan kita gak bisa pilih dari segi produksi bijih di level 230 bijih per hari mulai tahun depan,” katanya.

Untuk diketahui, saat ini PTFI juga tengah berupaya merampungkan pembangunan pabrik pengolahan dan pemurnian (smelter) konsentrat tembaga di Kawasan Industri Terintegrasi JIIPE di Gresik, Jawa Timur. Tony sendiri optimistis proyek tersebut akan selesai pada 2023 mendatang.

Pada saat smelter beroperasi nanti, perusahaan akan mampu mengolah 1,7 juta ton konsentrat tembaga menjadi 600 ribu ton katoda tembaga dan 35-50 ton emas per tahun.

“Yang akan kita bangun sekarang akan produksi 500 ribu hingga 600 ribu ton katoda tembaga dan juga 35-50 ton emas per tahun,” kata dia.

Selain itu, PTFI juga akan membangun fasilitas Precious Metal Refinery (PMR) untuk pengolahan menjadi emas batangan. Adapun hasil produksi emas batangan tersebut nantinya akan diserap oleh BUMN tambang lainnya yakni PT Antam Tbk.

Tony sendiri optimistis smelter di Kawasan Industri Terintegrasi JIIPE di Gresik, bisa mencapai 50% pada akhir 2022. Hal ini setelah progres pengerjaan proyek smelter dilaporkan mencapai 23% dengan total biaya yang dikeluarkan hampir mencapai US$ 700 juta.

“Akhir tahun ini bisa mencapai 50% progresnya dengan biaya US$ 1,6 miliar sampai akhir tahun. Kan total investasi US$ 3 miliar sampai akhir tahun sekitar Rp 22 triliun,” ujarnya.



Komentar
Banner
Banner