bakabar.com, JAKARTA - Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar menilai, hingga 26 Juli 2023 stabilitas sektor jasa keuangan nasional tetap terjaga dan resilien.
Menurutnya, hal tersebut terjadi lantaran didukung oleh permodalan solid dan likuiditas yang memadai.
"Perkembangan perekonomian global masih menunjukkan divergensi pemulihan dengan pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat jauh lebih baik dari ekspektasi sebelumnya," kata Mahendra dalam konferensi pers hasil Rapat Dewan Komisioner Bulanan (RDKB) Juli 2023 secara virtual, Kamis (3/8).
Pada triwulan II 2023, lanjutnya, tercatat pertumbuhan sebesar 2,4 persen. Angka tersebut lebih besar dari pada proyeksi The Fed sebesar 1 persen sepanjang 2023. Tak sampai di situ, Mahendra menyampaikan tren positif lainnya yakni, tingkat inflasi juga cenderung menurun.
Baca Juga: Kredit Perbankan, OJK: Tumbuh 7,76 Persen Periode Juni 2023
Momentum pemulihan perekonomian di Tiongkok dan Eropa saat ini disebut cenderung melemah dengan tekanan deflasi yang mulai terlihat di Tiongkok, sementara tekanan inflasi di Eropa masih persisten tinggi. Namun demikian, secara umum, kinerja perekonomian global masih lebih baik dari perkiraan awal.
Ia menjelaskan International Monetary Fund (IMF) meningkatkan proyeksi pertumbuhan perekonomian global di tahun 2023 menjadi 2,7 persen dari proyeksi semula di bulan April 2023 sebesar 2,6 persen.
"Namun demikian, secara umum, kinerja perekonomian global masih lebih baik dari perkiraan awal," tegasnya.
Baca Juga: Pola Kemitraan, OJK: Mampu Sejahterakan Petani Sawit
Sementara itu, International Monetary Fund (IMF) meningkatkan proyeksi pertumbuhan perekonomian global di tahun 2023 menjadi 2,7 persen. Naik 0,1 persen dari proyeksi semula di April 2023, yakni 2,6 persen.
Menurut Mahendra, pasar memperkirakan siklus peningkatan suku bunga kebijakan di AS telah mendekati di akhir. Itu terjadi ketika The Fed menaikkan Fractional Flow Reserve (FRR) sebesar 25 basis point pada Federal Open Market Committee (FOMC) meeting, Juli 2023.
"Hal ini mendorong penguatan pasar keuangan global baik di pasar saham, pasar surat utang, maupun pasar nilai tukar, yang juga disertai mulai terjadinya inflow ke mayoritas pasar keuangan emerging markets,” ujar Mahendra.
Baca Juga: Pertumbuhan Kredit, OJK: Masih Melambat di Angka 7,76 Persen
Di dalam negeri, kinerja perekonomian nasional terpantau positif, terutama pada dunia usaha yang terlihat dari peningkatan surplus neraca perdagangan, peningkatan Purchasing Managers Index manufaktur Juli 2023 menjadi 53,3 dibandingkan Juni 2023 sebesar 52,5 persen, serta peningkatan utilitas kapasitas industri.
Menurut Mahendra, hal itu mampu mendorong penguatan keuangan pasar global baik di sektor saham, maupun nilai tukar mata uang. "Juga disertai mulai terjadinya inflow ke mayoritas pasar keuangan emerging markets,” jelasnya.
Kendati demikian, potensi peningkatan kinerja sektor rumah tangga dan sisi permintaan secara umum dianggap masih perlu didorong. “(Ini) terlihat dari berlanjutnya tren penurunan inflasi ini, moderasi penjualan retail, dan optimisme konsumen,” terang Mahendra.