Lansia tersebut diduga dieksekusi oleh puluhan orang buntut polemik lahan batu bara. Sejumlah luka tusukan, bacokan hingga luka tembak ditemukan di sekujur jasadnya.
Kesimpulan sementara, pembunuhan berawal dari proses penutupan jalan hauling oleh Sabri dan keluarganya yang merasa punya hak atas lahan yang digunakan sebagai rute tambang.
Sepekan penutupan, ancaman silih berganti datang ke pihak Sabri sampai akhirnya keluar perintah dari atasan pelaku untuk membuka portal dengan cara apapun.
Baca Juga: Kalimat Terakhir Jurkani Sebelum Wafat
Puncaknya pada Rabu (29/3) kemarin, sebanyak enam mobil menyambangi lokasi jalan yang ditutup bermaksud menemui pemilik lahan, Muhammad. Lantaran tak ada di lokasi, satu mobil memilih mendatangi rumah Muhammad.
"Mereka mengaku atas perintah PT JGA. Tujuannya mau menawarkan Rp50 ribu per satu ret," pemilik lahan, Husrani Noor kepada bakabar.com, Jumat 31 Maret.
Muhammad lalu membuka diri, meski ia tidak langsung mengiyakan. "Pada akhirnya juga tidak jelas kepastiannya dan mereka pulang," ungkap Husrani.
Selanjutnya, sejumlah utusan yang diduga preman tersebut memilih kembali ke lokasi tanah berkonflik. Nahas, Muhammad sudah mendapatkan kabar sudah terjadi penyerangan yang menewaskan satu korban.
Baca Juga: Runtun Perkara Lansia Dibacok-Ditembak Preman Tambang di Banjar
Berdasar keterangan saksi, pelaku berjumlah lebih dari 20 orang. Mereka menaiki 5 unit mobil. Masing-masing membawa senjata tajam. Bahkan senjata api.
Warga pun berlarian melihat kedatangan mereka.
"Jadi saat penyerangan itu juga ada warga lainnya di sana. Lantaran melihat keberingasan pelaku yang jumlahnya puluhan dengan sajam, warga pun berlarian. Tertinggal satu korban ini (Sabriansyah)," jelasnya.