Sejarah Indonesia

Soekarno dan Pancasila, Ilham dari Ende untuk Indonesia

Di kota ini kutemukan lima butir Mutiara, di bawah pohon sukun ini pula kurenungkan nilai-nilai luhur Pancasila

Featured-Image
Taman Renungan Soekarno di Ende, Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur. Foto: Jadiberita.

bakabar.com, JAKARTA - Di kota ini kutemukan lima butir Mutiara, di bawah pohon sukun ini pula kurenungkan nilai-nilai luhur Pancasila, sebaris ungkapan itu menandai tumbuhnya sebatang pohon sukun di Ende, serta perenungan panjang Soekarno pada tiap dahannya.

Sang Proklamator itu merenungkan gagasan Pancasila dan buah dari pemikiran bung karno yang sedang berada di bawah pohon sukun bercabang lima yang ada di Ende. Di situlah kini dibuatkan Taman Perenungan Bung Karno.

Di taman tersebut didirikan patung Bung Karno yang sedang duduk merenung di bawah pohon sukun bercabang lima sambil menatap ke arah laut.

Dari Taman Renungan Melahirkan Gagasan

Pada tanggal 1 Juni 1945, Soekarno, Presiden pertama Indonesia, menemukan dasar filsafat negara Indonesia yang kemudian dikenal sebagai Pancasila.

Kejadian ini terjadi ketika Soekarno sedang berada di kota Ende, Flores, Nusa Tenggara Timur, dalam perjalanan menuju Bali. Saat itu, Indonesia sedang dalam masa transisi menuju kemerdekaan dari penjajahan Belanda.

Soekarno awalnya memiliki gagasan untuk menciptakan sebuah konsep dasar negara yang dapat diakui oleh semua rakyat Indonesia, tanpa memandang perbedaan agama, suku, atau golongan.

Dia menyadari bahwa Indonesia sebagai negara yang terdiri dari berbagai suku, agama, dan budaya, membutuhkan sebuah dasar yang kuat untuk menyatukan seluruh rakyatnya.

The Light of Pancasila

Dalam perjalanannya ke Bali, Soekarno bertemu dengan seorang tokoh pemuda bernama R.P. Soeroso, yang memberinya sebuah buku berjudul “The Light of Pancasila” karya Ki Hajar Dewantara.

Buku ini berisi sebuah konsep dasar negara yang disebut Pancasila, yang terdiri dari lima prinsip: Ketuhanan yang Maha Esa, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan, dan Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia.

Soekarno kemudian membaca buku tersebut dan tertarik dengan konsep dasar negara yang terkandung di dalamnya. Dia mulai membahasnya dengan para tokoh nasionalis lainnya, termasuk Mohammad Hatta dan Ki Hadjar Dewantara, untuk mengembangkan dan menyempurnakan Pancasila sebagai dasar negara Indonesia.

Pada tanggal 18 Agustus 1945, Pancasila diresmikan sebagai dasar negara Indonesia dalam teks proklamasi kemerdekaan Indonesia yang dibacakan oleh Soekarno dan Hatta di Jakarta.

Sejak itu, Pancasila menjadi dasar yang kuat dan mengikat bagi seluruh rakyat Indonesia, dan diakui secara internasional sebagai dasar negara Indonesia.

Editor


Komentar
Banner
Banner