bakabar.com, JAKARTA - Optimasilasi sinergisitas antara BUMN dan swasta terus digaungkan. Sebagai kunci pertumbuhan ekonomi yang inklusif.
Kolaborasi itu selaras dengan target pencapaian Indonesia Emas 2045. Hal itu disampaikan Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia, Arsjad Rasjid, Senin (14/8) pagi.
Kata dia, kolaborasi itu bermanfaat baik. Mampu menciptakan ekosistem perekonomian yang dapat dirasakan langsung oleh masyarakat.
"Sinergisitas ini memiliki peranan penting dalam mendorong inklusivitas dan keberlanjutan pembangunan Indonesia," kata Arsjad dalam Forum Sinergi BUMN-Swasta di Ritz Carlton Pacific Place, Jakarta Selatan.
Baca Juga: Majukan Ekonomi Daerah, Menko Airlangga Dorong Budi Daya Rumput Laut
Dalam forum itu, ia berharap memperkuat komitmen seluruh pihak untuk bersinergi. Juga bersama-sama mendorong pertumbuhan ekonomi yang solid.
Bagi dia, hubungan yang saling berkesinambungan dan inklusif antara semua pihak membawa hal baik. Tentu akan berkontribusi dengan signifikan dalam peningkatan taraf ekonomi bangsa.
Biar tahu saja. Di tengah ketidakpastian perekonomian global, pertumbuhan Indonesia kian membaik.
Merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS), perekonomian Indonesia pada Kuartal II 2023 tetap mampu mencetak pertumbuhan positif. Angkanya 5,17 persen year on year (yoy). Atau 3,86 persen quarter to quarter (qtq).
Kabar baik itu, sekaligus mengakumulasikan pertumbuhan pada semester pertama 2023 menjadi 5,11 persen cumulative to cumulative (ctc).
Pencapaian tersebut juga menandai pertumbuhan ekonomi Indonesia yang telah berada di atas lima persen selama tujuh triwulan berturut-turut.
Ditambah lagi, Indonesia juga kembali menjadi negara upper middle income. Berdasarkan klasifikasi Bank Dunia yang dimutakhirkan pada Juli 2023.
Baca Juga: Kemenko Perekonomian Salut Warteg Bertahan di Tengah Pandemi
Meski begitu, Arsjad menilai ke depan masih terpampang tantangan signifikan. Mulai dari harga pangan dan energi yang masih tinggi.
Juga peningkatan risiko geopolitik. Kebijakan moneter yang ketat dan agresif oleh sebagian besar Bank sentral di dunia. Serta risiko lain di sistem keuangan global.
"Melihat tantangan ini, maka optimalisasi kolaborasi harus terus terjalin agar seluruh pihak dapat menjalankan dan mengembangkan demokrasi ekonomi secara sinergis," katanya.
"BUMN dalam hal ini harus menjadi pelopor dalam sektor-sektor yang belum diminati oleh usaha swasta dan membantu pengembangan ekonomi masyarakat,” tutup Arsjad.