News

Sikapi Pengeroyokan Ade Armando, Warganet Masih Terbelah

apahabar.com, JAKARTA – Opini warganet masih terpecah menyikapi aksi pengeroyokan yang dialami Ade Armando, Senin (11/4)….

Featured-Image
Sikapi Pengeroyokan Ade Armando, Warganet Masih Terbelah. Foto-Istimewa

bakabar.com, JAKARTA – Opini warganet masih terpecah menyikapi aksi pengeroyokan yang dialami Ade Armando, Senin (11/4).

Pegiat media sosial yang juga Ketua Pergerakan Indonesia untuk Semua (PIS) itu mengalami pengeroyokan oleh sejumlah orang di tengah demontrasi di depan Gedung DPR.

Kejadian tersebut lantas memantik berbagai komentar. Sebagian di antaranya bernada kontra, sedangkan komentar lain menunjukkan pro kepada pengeroyokan.

Mengutip dari CNNIndonesia.com, Kamis (14/04). Kicauan yang menuliskan nama Ade Armando kerap mengeluarkan komentar kontrovesial, termasuk klaim ketiadaan ayat tentang salat lima waktu, telah mencapai 48,3 ribu.

“Perasaan muslim terhadap ocehan ade armando lebih sakit daripada BONYOK yang dirasakan ade armando,” tulis akun @suleizdn.

“Ade armando, mulutnya adalah fabrikasi kontroversi. Dia menanam apa yang dia tuai, pengadilan jalanan,” tambah akun lain bernama @Hideriots72.

Di sisi lain, akun @MarinahAdel tidak membenarkan tindak kekerasan terhadap Ade Armando, meski kerap menyampaikan ujaran yang mendiskreditkan Islam.

“AA emng salah sering berkata kasar & menjatuhkan islam, pasti ada aja yang kesal muak dengan kata-kata dia,” tulis akun @MarinahAdel.

“Tapi bagi klian yang menggeroyok di bulan puasa yang suci & kalian yang ikut-ikutan brsyukur atas prbuatan itu, Dimana kalian menghargai bulan penuh suci ini?” kicaunya. Jika seperti ini, jatuhnya kalian juga sama aja salah,” lanjutnya.

Sementara pemilik akun @hikmatdarmawan menyatakan kasus pengeroyokan Ade Armando tak bisa diabaikan demi tetap menyuarakan tuntutan mahasiswa dalam demo penolakan penundaan pemilu 2024.

“Kita tak bisa mengecil2-kan atau meremehkan kasus pengeroyokan AA, sebab ini terkait isu mendasar: apakah kita mampu menciptakan ruang aman bersama untuk kita bisa bebas berekspresi,” urai @hikmatdarmawan.

“Isu presiden 3 periode itu kamar lain, dan tidak harus dianggap saling kanibal/saling meniadakan,” tambah pengamat budaya pop ini.

Sebelumnya pendiri Drone Emprit dan Media Kernels Indonesia, Ismail Fahmi, menyebut peta percakapan warganet memperlihatkan keterbelahan yang frontal.

Pihak yang mendukung Ade mengutuk pengeroyokan tersebut, dan meminta pihak berwenang menangkap pelaku. Mereka juga menuding kelompok kadrun sebagai pelaku pengeroyokan.

Sementara pihak yang kontra senang dengan pengeroyokan terhadap Ade sambil menyindir ragam komentar kontroversial.

“Substansi tuntutan mahasiswa dalam demo akhirnya tertutupi oleh pro dan kontra pendukung AA dan kontra AA,” beber Ismail.

Sedangkan sosiolog Universitas Nasional (Unas), Sigit Rochadi, menyebut kasus Ade Armando mencerminkan polarisasi atau keterbelahan yang masih terpelihara di masyarakat.

“Memang benar kalau dikatakan bahwa Ade Armando adalah salah satu korban dari polarisasi politik. Polarisasi ini tidak berhenti sampai 2024,” tandas Sigit.



Komentar
Banner
Banner