Sikapi Keberingasan Karhutla, Batola Tetapkan Status Tanggap Darurat

Menyikapi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang terus meluas, Barito Kuala meningkatkan status dari siaga menjadi tanggap darurat.

Featured-Image
Hingga malam hari, beberapa petugas dan relawan pemadam kebakaran bersiaga di lokasi karhutla di Kecamatan Mandastana. Foto: BPBD Batola

bakabar.com, MARABAHAN - Menyikapi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang terus meluas, Barito Kuala meningkatkan status dari siaga menjadi tanggap darurat.

Perubahan status tersebut dilakukan terhitung sejak 25 September hingga 8 Oktober 2023 atau selama 14 hari.

"Itu merupakan perubahan status yang kedua," papar Plt Kalak Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Batola, Aris Saputra, Minggu (1/10).

"Sebelumnya tanggap darurat sudah diberlakukan mulai 1 hingga 14 September 2023. Sempat diturunkan menjadi siaga karena hujan turun, tetapi dinaikkan mulai 25 September," imbuhnya.

Tercatat hingga akhir September 2023, sudah lebih dari 78 kejadian karhutla di Batola dengan luasan lahan terbakar sekitar 286,65 hektare.

Terbanyak di Kecamatan Jejangkit seluas 212,45 hektare. Selain lahan dan hutan, karhutla juga melalap beberapa bangunan.

Di antaranya tiga ruang kelas dan dua rumah dinas guru di SDN Bahandang 1, serta empat rumah eks transmigrasi di Desa Jejangkit Timur.

Baca Juga: Karhutla di Semangat Dalam Batola, Relawan Pemadam Mulai Kewalahan

Baca Juga: Usai Dilalap Karhutla, Siswa SDN Bahandang 1 di Batola Terpaksa Berbagi Ruang Belajar

"Seiring peningkatan status tanggap darurat, kami sekaligus mengimbau agar masyarakat tidak mengelola persawahan dengan membakar. Masih tersedia metode lain yang bisa dilakukan," tegas Aris.

"Terlebih karhutla sudah sangat berdampak buruk, hingga mengganggu kesehatan orang banyak. Artinya jangan sampai muncul niat untuk membakar lahan, karena hanya akan memperparah keadaan," imbuhnya.

Terkait tanggap darurat, Dinas Pendidikan Batola juga terus memantau kepekatan kabut asap, sebelum mengeluarkan aturan tentang perubahan atau pembatasan jam belajar sekolah.

"Kami akan terus memantau situasi, terutama di kawasan terdampak," sahut Kepala Dinas Pendidikan Batola, Sumarji, dalam kesempatan terpisah.

"Kalau sangat mengganggu, harus diambil langkah-langkah tertentu. Di sisi lain, keputusan belajar di rumah juga harus memperhatikan kebutuhan siswa," pungkasnya.

Editor


Komentar
Banner
Banner