bakabar.com, MAGELANG - Perajin tahu di Kabupaten Magelang terpaksa membuat strategi lain untuk menghadapi lonjakan harga kedelai. Cara yang dilakukan para perajin di antaranya dengan membuat potongan tahu menjadi lebih tipis.
"Biasanya 1 blabak (nampan kayu) diiris menjadi sekitar 35 irisan, karena kedelai naik, jadi 40 irisan dengan sedikit mengurangi ketebalannya juga," kata pengrajin tahu di Desa Mejing, Kecamatan Candimulyo, Kabupaten Magelang, Daroni (45) Kamis (16/11).
Menurut Daroni, kenaikan harga kedelai di Kabupaten Magelang terasa secara bertahap dalam kurun waktu 1,5 bulan. Harga kedelai yang semula di Kabupaten Magelang adalah Rp11.000/kg menjadi Rp12.800/kg.
Baca Juga: Perajin Tahu di Temanggung Keluhkan Naiknya Harga Kedelai
Meski was-was kenaikan harga berakibat menurunnya jumlah penjualan, Daroni mengaku tidak punya pilihan lain.
"Sempat khawatir tapi Alhamdullilah tidak turun, permintaannya tetap," ujarnya.
Ia menilai naiknya harga kedelai tidak ada hubungannya dengan cuaca ekstrem atau sulitnya air beberapa waktu belakangan. Sebab, ketersediaan kedelai hingga saat ini terpantau aman, meski harganya masih tinggi.
"Memang naiknya kedelai ini terjadi tiap tahun, jadi ya lama-lama harus beradaptasi, berharap saja semoga cepat kembali normal," ujarnya.
Setiap hari, Daroni dibantu lima karyawannya membutuhkan kurang lebih 2 ton kedelai untuk memproduksi tahu.
"Hanya tahu, saya tidak memproduksi tempe dari dulu, kalau limbahnya sudah ada yang beli nanti dijadikan gembus," tuturnya.
Baca Juga: Meresahkan! Satgas PASTI Blokir 173 Pinjol Ilegal
Baca Juga: Dukung Ekonomi Hijau dengan Gaya Hidup Ramah Lingkungan
Tahu buatan Daroni selanjutnya dijual ke beberapa titik di Magelang Raya dan Jogja seperti Kalasan, Tempel, dan sekitarnya.
Harga tahu yang diambil dari para pedagang melalui Daroni adalah Rp 21.000 per blabak (papan), dan Rp 65.500 per ember.
"Jualnya langsung ke pedagang, sudah langganan, mereka juga sudah hafal dan maklum kalau pas kedelai naik, biasanya jadi tipis," pungkasnya.