News

Separuh Lebih Masyarakat Indonesia Menilai Kondisi Perekonomian Memburuk Setelah Kenaikan BBM

apahabar.com, JAKARTA – Indikator Politik Indonesia memaparkan survei bahwa sebanyak 51,7% responden mengatakan kondisi ekonomi nasional…

Featured-Image
Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi. Foto: Bisnis.com

bakabar.com, JAKARTA – Indikator Politik Indonesia memaparkan survei bahwa sebanyak 51,7% responden mengatakan kondisi ekonomi nasional buruk atau sangat buruk pasca kenaikan harga BBM.

"Sedangkan 20,3% mengatakan ekonomi nasional sangat baik atau baik, 26,7% itu sedang," papar Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi saat menyampaikan Rilis Survei Nasional bertajuk "Kenaikan harga BBM, Pengalihan Subsidi BBM dan Aproval Rating Presiden", Minggu (18/9).

Burhanuddin menjelaskan survei tersebut dilakukan dengan tujuan ingin mengetahui penilaian masyarakat terhadap kondisi ekonomi nasional pasca kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM).

Survei nasional tersebut dilakukan pada 5-10 September 2022 yang dijabarkannya, dilakukan berdasarkan target populasi survei adalah warga negara Indonesia yang berusia 17 tahun ke atas atau sudah menikah dan memiliki telepon atau handphone sekitar 83% dari total populasi nasional.

Pemilihan sampel dilakukan melalui metode random digit dialing (RDD), sampel sebanyak 1.215 responden dipilih melalui proses pencarian nomor telepon secara acak, validasi dan skrining.

Survei tersebut dengan margin of error survei diperkirakan sekitar 2,9% pada tingkat kepercayaan 95%, asumsi sampel random sampling, dan wawancara dengan responden dilakukan lewat telepon oleh pewawancara yang sebelumnya telah terlatih.

Kemudian menurut presentase yang dipaparkannya bahwa tren ekonomi nasional buruk sudah turun secara konsisten hingga akhir 2021, terutama sejak adanya kenaikan harga BBM per 3 September.

Ia mengatakan persentase masyarakat yang menilai kondisi ekonomi nasional buruk mengalami penurunan pada awal Mei 2020 Kuartal I setelah Indonesia menghadapi pandemi Covid-19. Adapun sebanyak 81% masyarakat yang menilai kondisi ekonomi nasional buruk.

"Hal itu dikarenakan banyak restriksi mobilitas sosial, kemudian, secara konsisten mereka yang melakukan evaluasi kondisi ekonomi nasional buruk mengalami penurunan sampai akhir tahun 2021," terang Burhanuddin.

Burhanuddin mengungkapkan bila melihat tren kondisi ekonomi nasional, persentase masyarakat yang mengatakan buruk mengalami peningkatan, hal itu memang umum terjadi ketika adanya kenaikan harga BBM.

"Jadi yang mengatakan buruk, memang meningkat setelah kenaikan harga BBM. Itu umum terjadi. Kita punya survei sejak 2003, kalau ada kenaikan harga BBM itu akan membuat evaluasi terhadap ekonomi nasional menurun," tutup Burhanuddin.



Komentar
Banner
Banner