bakabar.com, BANJARBARU – Setelah sempat tumbuh positif 3,26 persen pada triwulan III-2020, ekonomi Banua sejak triwulan IV-2020 hingga kini makin terkontraksi.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) Kalsel yang baru saja dirilis menyebutkan pertumbuhan ekonomi Kalsel triwulan I-2021 dibandingkan triwulan IV-2020 mengalami kontraksi hingga 3,55 persen.
Sedangkan secara y-on-y atau perbandingan antara triwulan I-2021 dan triwulan IV-2020 ekonomi Kalsel mengalami pertumbuhan negatif sebesar 1,25 persen.
Kepala BPS Kalsel, Moh Edy Mahmud, mengatakan ada beberapa hal yang mempengaruhi turunnya perekonomian Kalsel.
Pada triwulan I-2021 misalnya, ekonomi Kalsel tumbuh -3,55 persen dibandingkan triwulan IV-2020 lantaran sejumlah lapangan usaha dominan di Banua mengalami kontraksi.
“Di antaranya lapangan usaha pertambangan dan penggalian minus 6,8 persen; serta pertanian, kehutanan dan perikanan yang terkontraksi 6,28 persen,” ujar Edy, Selasa (18/5).
Selain pengerutan sejumlah lapangan usaha dominan, dia menyebut, terkontraksinya ekonomi Kalsel pada triwulan I-2021 juga disebabkan oleh pertumbuhan negatif yang terjadi hampir di seluruh komponen pengeluaran.
“Kecuali pengeluaran konsumsi rumah tangga yang masih tumbuh 0,11 persen,” imbuhnya.
Sementara dalam pertumbuhan ekonomi triwulan I-2021 terhadap triwulan I-2020 (y-on-y), Edy menjelaskan, menurut lapangan usaha kontraksi terdalam dicapai oleh jasa perusahaan: sebesar 4,95 persen. Diikuti pertambangan penggalian, 4,91 persen; penyediaan akomodasi dan makan minum sebesar 4,71 persen.
Sedangkan lapangan usaha yang masih mengalami pertumbuhan positif di antaranya, informasi dan komunikasi sebesar 7,09 persen; diikuti jasa kesehatan dan kegiatan sosial, 6,90 persen; pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah dan daur ulang sebesar 4,76 persen.
Menurut pengeluaran, dia menyampaikan, pada triwulan I-2021 (y-on-y) juga terjadi pertumbuhan negatif pada seluruh komponen pengeluaran.
“Kecuali konsumsi LNPRT tumbuh positif sebesar 0,73,” ucapnya.
Menurutnya, penyebaran Covid-19 yang masih masif di Kalimantan Selatan sejak akhir triwulan I-2020 yang menyebabkan sejumlah aktivitas perekonomian masyarakat menurun. Di sisi lain, bencana banjir pada awal triwulan 2021 menyebabkan peningkatan pertumbuhan pada komponen pengeluaran LNPRT sebesar 0,73 persen.
Selanjutnya, untuk komponen Pengeluaran Konsumsi Pemerintah, kata Edy, turun 3,43 persen. Kemudian Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) turun sebesar 3,17 persen, dan Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga (PKRT) turun sebesar 0,98 persen.
“Lalu untuk komponen perdagangan yang terdiri dari ekspor dan impor masing-masing terkontraksi sebesar 14,05 persen dan 13,80 persen,” tandasnya.
Terpisah, Pengamat Ekonomi dari Universitas Lambung Mangkurat (ULM) Syahrituah Siregar mewanti-wanti agar ada inovasi dari seluruh pihak untuk menjaga sejumlah jenis bisnis yang masih bisa berjalan normal, baik di tingkat lokal nasional maupun global.
“Karena perekonomian sangat tergantung pada pola antisipatif pelaku ekonomi yang ada. Sebab, sekarang masalahnya jelas, ekonomi di dunia sedang melambat,” timpalnya.
Dia juga menyarankan supaya semua pemegang kebijakan. Baik pebisnis maupun pemerintah mulai berhitung ketahanan finansialnya, untuk melihat bisa bertahan berapa lama.
“Cari juga jalur-jalur bisnis terbuka di saat ini, apa yang semakin dibutuhkan orang ketika lama di kantor dan di rumah lantaran pandemi. Misal dengan kontak hanya via online,” singkatnya.