bakabar.com, JAKARTA – Harga minyak naik ke level tertinggi pada akhir perdagangan Senin (27/12). Dibanding November lalu, angkanya naik 2 persen.
Menurut Leona Liu, analis di DailyFX yang berbasis di Singapura, meredanya kekuatiran terhadap penyebaran Omicron menjadi salah satu faktor.
“Meskipun Omicron menyebar lebih cepat daripada varian Covid-19 mana pun, berita yang relatif melegakan adalah bahwa kebanyakan orang yang terinfeksi Omicron menunjukkan gejala ringan, setidaknya sejauh ini,” kata Leona Liu, dikutip bakabar.com dari Antara, Selasa (28/12).
Patokan global minyak mentah Brent untuk pengiriman Februari dilaporkan naik 2,46 dolar AS atau 3,2%, menjadi menetap di 78,60 dolar AS per barel.
Sementara, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman Januari naik 1,78 dolar AS atau 2,4 persen menjadi ditutup di 75,57 dolar AS per barel. Pasar AS sempat ditutup pada Jumat (24/12) untuk liburan perayaan Natal.
Kedua kontrak acuan naik pada Senin (27/12) ke level tertinggi sejak 26 November. Minyak jatuh lebih dari 10 persen pada hari ketika laporan varian baru pertama kali muncul.
Harga minyak acuan menguat minggu lalu setelah data awal menunjukkan bahwa Omicron dapat menyebabkan tingkat penyakit yang lebih ringan.
Harga minyak telah naik lebih dari 50 persen tahun ini didukung oleh pulihnya permintaan dan pengurangan pasokan oleh organisasi negara-negara pengekspor minyak dan sekutunya atau OPEC+.
Sebelumnya negara-negara yang tergabung di OPEC+ berencana meningkatkan produksi 400.000 barel per hari pada Februari.
Berkaca dari pertemuan terakhirnya, OPEC+ tetap pada rencananya akan meningkatkan produksi meskipun ada gangguan dari penyebaran Omicron.