Puisi Duka Kanjuruhan

Selarik Puisi Duka untuk Tragedi Kanjuruhan

Stadion itu senyap, orang-orang yang teriak telah lengang. Menyisakan gumpalan asap yang menerbangkan nostalgia atas nama-nama.

Featured-Image
Duka untuk Tragedi Kanjuruhan. (Foto: dok. Bola.com)

Duka untuk Tragedi Kanjuruhan

Pertandingan sudah selesai

Stadion itu senyap, orang-orang yang teriak telah lengang

Menyisakan gumpalan asap yang menerbangkan nostalgia atas nama-nama

Merekam sebuah sudut, tempat seorang anak, ayah, ibu, adik, kakak, telungkup

Mata mereka perih lalu menutup dalam gelap

Dari Kanjuruhan, nyawa-nyawa serentak memanjati cakrawala

Pertandingan sudah selesai

Kemenangan menghilang ditelan yel-yel terpedih menghujam sukma

Stadion menjelma kuburan yang meletakkan ingar bingar di persemayaman

Suara-suara itu tak pernah kembali

Sungguh-sungguh pergi

Berakhir sepenuh lirih 

Ratusan wajah yang sedianya meninggalkan rumah

Melenggangkan asa untuk klub kesayangan dengan sumringah

Langkah demi langkah menjemput takdir paling hitam

Mendulang raungan sepanjang ingatan yang kelam

Mendekap bola-bola yang ditendang menuju gawang keabadian

Belasungkawa mengalir panjang, mengelana hingga penjuru dunia

Mencatatkan sejarah sebagai luka paling menganga dan berdarah

Sementara di luar stadion

Para Pemangku saling lempar tanggung jawab, juga kata-kata

Padahal, setiap jiwa yang melayang itu mengantarkan sehimpun kisah

Bahwa tiada yang sia-sia, bila Indonesia mau berbenah

Menjadikannya pesan paling khusyuk bagi bangsa yang kerap lupa

Pertandingan memang sudah selesai

Di sudut Stadion Kanjuruhan, sepasang gawang berhadapan dalam diam

Menyimpan ratusan jiwa ke arena yang belum usai

Sebab tiada kemenangan apapun yang terukir di sana

Melebihi keadilan atas nyawa-nyawa manusia.

Deasy Tirayoh, 5 Oktober 2022

Editor
Komentar
Banner
Banner