Tak Berkategori

Sejumlah Kawasan di HST Masih Terendam, Begini Penjelasan BPBD

apahabar.com, BARABAI – Rata-rata kawasan dekat aliran sungai (DAS) dan dataran rendah di Hulu Sungai Tengah…

Featured-Image
Tim BPBD HST melakukan monitoring di Masiraan Pandawan yang masih digenangi air, Rabu (12/1) sore. Foto-Istimewa

bakabar.com, BARABAI – Rata-rata kawasan dekat aliran sungai (DAS) dan dataran rendah di Hulu Sungai Tengah (HST) masih terendam banjir.

Pascahujan lebat kemarin, Selasa (11/1), debit air yang bermuara di Pegunungan Meratus meningkat. Akibatnya sungai-sungai di bawahnya seperti Barabai dan Haruyan meluap.

Sebaran air itu sampai menggenangi permukiman, jalan dan pasar di sekitarnya hingga kini, Rabu (12/1).

“Untuk hari ini debit air sudah terjadi penurunan yang signifikan. Namun, masih bervariasi antara 5-10 centimeter di beberapa ruas jalan di wilayah perkotaan, khususnya di daerah Kamasan, Kampung Kadi dan sekitar Jalan Ulama Barabai,” kata Kalak BPBD HST, Budi Haryanto, Rabu malam.

Sementara daerah di Kecamatan Pandawan, genangan air mengalami peningkatan. Berdasarkan pantauan TRC, ketinggian air di Masiraan meningkat 5 centimeter. Sebelumnya pantauan TRC hanya mencapai 25 centimeter dan kini sudah mencapai 30 centimeter.

Lantas mengapa sebagian wilayah masih itu digenangi serbuan air dan bahkan mengalami kenaikan?

Kata Budi, memang terdapat beberapa titik yang masih banjir. "Itu masih dialami kawasan yang berada di dataran rendah," tekannya.

Daerah terendah itulah yang mendapat genangan dari aliran Sungai Barabai yang sebelumnya meluap. Hal ini juga berimbas pada kawasan di bawah Kecamatan Barabai, seperti Pandawan maupun Labuan Amas Utara (LAU) yang masih terdampak serbuan air ini.

Khusus di LAU dan Pandawan, kata Budi daerah ini berhubungan dengan kabupaten tetangga seperti HSU.

"Memang ada peningkatan debit air di daerah seperti Kayu Rabah dan Masiraan Pandawan. Karena mungkin itu kiriman (luapan sungai-red) dan juga hujan di daerah HSU serta ada daerah resapan air yang tidak berfungsi (rawa ditimbun tanah-red). Terlebih daerah tersebut elevasinya rendah. Jadi air lambat turun," terang Budi.

Saat ini, kata Budi, BPBD HST tetap meningkatkan kesiapsiagaan dan kewaspadaan bencana. Pihaknya juga berkoordinasi dengan berbagai pihak dan relawan soal peningkatan debit air terlebih cuaca yang saat ini tidak mendukung.

Budi mengimbau, apabila terjadi peningkatan debit air di sungai atau pun ada curah hujan agar bersama-sama menginformasikan kepada warga di sekitar daerah rawan bencana.

“Semoga tidak ada lagi hujan ataup un tambahan droping air dari Pegunungan Meratus," tutup Budi

Meminjam data BPBD HST, banjir kali ini menyebabkan ratusan rumah terendam air. Ratusan rumah itu tersebar di tiga kecamatan, Barabai, Batu Benawa dan Haruyan.

Rinciannya, di Batu Benawa ada 185 rumah yang terendam dan terdampak. Total ada 213 kepala keluarga (KK) dengan 612 jiwa.

Di Haruyan, air hanya menggenangi halaman rumah jadi tidak ada yang masuk ke dalam rumah.

Kemudian di Kecamatan Barabai yang meliputi Kelurahan Barabai Selatan, Barabai Utara, dan Barabai Darat. Total 31 rumah terendam yang dihuni 34 KK atau total ada 92 jiwa.

Sedangkan yang terdampak ada 222 rumah yang dihuni 225 KK dan 675 jiwa.

BPBD HST mendefinisikan kata terdampak dan terendam. Terdampak merupakan rumah yang hanya halamannya saja tergenang air. Sedangkan terdampak yakni, air masuk ke dalam rumah.



Komentar
Banner
Banner