bakabar.com, BANJARMASIN - Buruknya hubungan Inggris dan Kerajaan Banjar konon menjadi pemicu terbentuknya 'Pulau Kembang'. Kapal mereka diserang, dibakar, hingga tenggelam.
Ketua Lembaga Kajian Sejarah, Sosial dan Budaya Kalimantan (LKS2B), Mansyur mengutip pendapat Idwar Saleh (1981-1982) yang menyebutkan sejarah keberadaan Pulau Kembang dimulai sekitar tahun 1698. Di mana dalam kurun waktu tersebut, pedagang-pedagang Inggris berusaha membuka Kantor dagang di Banjarmasin.
"Hubungan Inggris dengan Kerajaan Banjar tidak begitu baik. Untuk menyingkirkan pihak Inggris, Sultan Banjar meminta bantuan penduduk asli pedalaman dari golongan Biaju yang hidup di pesisir Barito, katanya.
Menurut laporan Hamilton tahun 1757 pada waktu malam hari, telah turun ke Muara cerucuk orang Biaju sekitar 3.000 orang. Mereka menyerang loji dan Benteng Inggris yang ada di pesisir Sungai Barito tersebut.
"Pada kesempatan itu-lah Kapal Inggris dibakar," ujar Mansyur.
Menurut cerita turun temurun yang dikumpulkan Idwar Saleh, lanjutnya, bangkai kapal Inggris di Sungai Barito tersebut akhirnya menjadi sedimentasi di Sungai Barito.
"Bangkai kapal-kapal Inggris tersebut lambat laun ditumpuki lumpur dari sungai Barito, sehingga menjadi delta di bagian tengah Sungai Barito. Kemudian delta inilah yang menjadi Pulau Kembang,” terangnya.
Apabila ditelusuri kembali, kata Mansyur, dalam buku Hamilton berjudul A New Account of the East Indies, yang ditulis tahun 1688-1723, berita tentang tenggelamnya Kapal Inggris memang benar adanya.
Buku tersebut bercerita mulai soal Kapten Barry hingga upaya Inggris mendirikan factory di Banjarmasin. Pada saat penyerangan orang-orang Biaju, orang Inggris bersembunyi di kapal dengan dilengkapi senjata lengkap. Meski bersenjata lengkap, dua kapal armada mereka tak bisa diselamatkan, dan dibakar orang-orang Biaju.
"Hal tersebut tidak terlepas dari persaingan sesama bangsa Eropa dalam memperebutkan akses perdagangan lada yang berpusat di Tatas," kata Mansyur.
Pada saat itu, Bernard te Lintelo (1752-1757), bertindak sebagai pemimpin Belanda di Tatas yang dilanjutkan R. Ringholm (1757-1764).
Baca Juga:Sejarah Pulau Kembang (1); Masyarakat Percaya Kera di Sana Jelmaan Makhluk Gaib, Benarkah?
Baca Juga: Sejarah Amerongen (1); Kampung di Banjarmasin yang Terinspirasi Eksotisme Negeri Tulip
Baca Juga: Masjid Raya Sabilal Muhtadin (1), Begini Sejarah Dibangunnya
Baca Juga: Sejarah Kampung Basirih; Asal Nama Hingga Suku Pertama yang Menghuni Wilayah Itu
Baca Juga: Catatan Sejarah dari Kampung Tua Banjar Sungai Jingah
Reporter: Muhammad Robby
Editor: Muhammad Bulkini