Perayaan Unik

Sejarah Hari Multiple Sclerosis Sedunia, Jutaan Pengidap Masih Menanti Kesembuhan

Multiple sclerosis (MS) merupakan salah satu penyakit kronis yang mempengaruhi sistem saraf pusat. Gejala MS bervariasi, tetapi gejala yang paling tampak adalah

Featured-Image
Ilustrasi multiple sclerosis. Foto: Medcom.

bakabar.com, JAKARTA - Multiple sclerosis (MS) merupakan salah satu penyakit kronis yang mempengaruhi sistem saraf pusat. Gejala MS bervariasi, tetapi gejala yang paling tampak adalah kelemahan otot.

Gejala lain yang juga kerap mengindikasikan MS adalah kehilangan koordinasi dan keseimbangan, kesulitan bicara, dan kelelahan yang berlebihan. MS biasanya didiagnosis pada usia 20-an dan 30-an, dan lebih umum diidap oleh wanita.

Sejarah Diagnosis Multiple Sclerosis 

Melalui jurnal Multiple Sclerosis International Federation menuliskan sejarah MS dapat ditelusuri kembali ke tahun 1868, ketika seorang dokter Prancis bernama Jean-Martin Charcot memperkenalkan istilah "sclerose en plaques" (sklerosis dalam lempeng) untuk menggambarkan kondisi yang saat ini dikenal sebagai MS.

Pada saat itu, MS dianggap sebagai bentuk tuberkulosis tulang belakang, dan Charcot mengidentifikasi beberapa karakteristik klinis yang membedakan MS dari kondisi lain.

Selanjutnya, pada tahun 1873, seorang ahli bedah Skotlandia bernama William MacEwen mengamati tanda-tanda MS pada otak pasien yang telah meninggal.

MacEwen menemukan bahwa lesi pada otak dan sumsum tulang belakang adalah ciri khas dari MS dan bahwa lesi-lesi ini terdiri dari jaringan parut yang keras. Temuan MacEwen memberikan bukti bahwa MS adalah penyakit yang terkait dengan kerusakan pada sistem saraf pusat.

Pada tahun 1916, seorang ahli bedah Swedia bernama Otto Marburg mencatat bahwa beberapa pasien dengan gejala yang mirip dengan MS memiliki lesi yang lebih parah pada otak.

Dia mengusulkan bahwa bentuk yang lebih parah dari penyakit ini harus disebut "marburg multiple sclerosis" sebagai penghormatan padanya.

Perkembangan Pengobatan Multiple Sclerosis

Ilustrasi pengidap multiple sclerosis. Foto: Klikdokter.
Ilustrasi pengidap multiple sclerosis. Foto: Klikdokter.

Selama tahun 1940-an dan 1950-an, para ilmuwan menemukan bahwa sistem kekebalan tubuh memainkan peran penting dalam perkembangan MS. Pada tahun 1949, ahli imunologi Kanada bernama Donald Paty mengidentifikasi limfosit sebagai sel yang terlibat dalam MS.

Pada tahun 1952, seorang ahli imunologi Amerika Serikat bernama Elvin Kabat menemukan adanya antibodi khusus pada orang dengan MS.

Pada awal tahun 1970-an, teknologi pencitraan seperti tomografi komputer (CT) dan resonansi magnetik (MRI) mulai digunakan untuk membantu mendiagnosis MS. Hal ini memungkinkan dokter untuk melihat lesi pada otak dan sumsum tulang belakang dengan lebih jelas.

Pada tahun 1993, National Multiple Sclerosis Society (NMSS) AS mendanai studi besar-besaran yang menemukan bahwa obat interferon beta-1b dapat mengurangi jumlah kambuhan pada orang dengan MS relapsing-remitting.

Ini adalah terapi pertama yang secara signifikan mengurangi jumlah kambuhan pada orang dengan MS dan membuka jalan untuk pengembangan terapi lain yang lebih efektif.

Sejak itu, penelitian tentang MS terus berlanjut dan terdapat banyak kemajuan dalam pengobatan dan pengelolaan kondisi ini.

Pada tahun 1996, obat lain yang disebut glatiramer acetate juga disetujui untuk pengobatan MS relapsing-remitting. Selanjutnya, banyak terapi baru yang efektif telah dikembangkan, termasuk obat-obatan seperti natalizumab, fingolimod, dan alemtuzumab.

Multiple Sclerosis Disebabkan Faktor Genetik?

Selain pengobatan, penelitian juga terus berlanjut untuk memahami penyebab dan mekanisme MS. Studi menunjukkan bahwa faktor genetik dan lingkungan dapat memainkan peran dalam perkembangan MS.

Beberapa faktor lingkungan yang telah diidentifikasi sebagai faktor risiko termasuk paparan sinar matahari yang rendah, infeksi virus tertentu, dan kekurangan vitamin D.

Pada tahun 2013, NMSS AS dan European Committee for Treatment and Research in Multiple Sclerosis (ECTRIMS) mengembangkan kriteria baru untuk mendiagnosis MS. Kriteria ini mencakup kriteria klinis, radiologis, dan laboratorium untuk membantu dokter membuat diagnosis yang lebih akurat.

Pada tahun 2020, terdapat lebih dari 2,8 juta orang dengan MS di seluruh dunia. Meskipun belum ada obat yang dapat menyembuhkan MS, pengobatan yang tepat dapat membantu mengurangi gejala dan memperlambat kemajuan penyakit.

Dalam rangka meningkatkan pemahaman tentang MS dan memberikan dukungan bagi orang-orang yang hidup dengan kondisi ini, National Multiple Sclerosis Society (NMSS) AS menetapkan tanggal 30 Mei sebagai Hari MS Sedunia pada tahun 2009.

Setiap tahun, Hari MS Sedunia digunakan untuk meningkatkan kesadaran tentang MS, menggalang dana untuk penelitian, dan memberikan dukungan bagi orang-orang yang hidup dengan kondisi ini.

Editor


Komentar
Banner
Banner