Sejarah Magelang

Sejarah Cerutu Magelang, Pernah Jaya hingga Eropa Kini Tergilas Masa

Magelang mampu hasilkan tembakau kualitas bagus, cocok untuk cerutu dan rokok kretek berkualitas baik.

Featured-Image
Pabrik Cerutu Ko Kwat Ie & Zonen Sigarenfabriek (Apahabar.com/Arimbihp)

Apahabar.com, MAGELANG - Magelang mampu hasilkan tembakau kualitas bagus, cocok untuk cerutu dan rokok kretek berkualitas baik.

Magelang adalah kota yang dikelilingi pegunungan,  memiliki hawa sejuk meski pusat kotanya ramai. Selain udara yang sejuk, Magelang juga memiliki tanah subur sehingga berbagai jenis tanaman tumbuh dan menjadi komoditi daerah, termasuk tanaman tembakau.

Suhu kota Magelang dan tekstur tanahnya sangat cocok untuk tanaman tembakau. Tak hanya di Magelang, tanaman tembakau juga tumbuh subur di Muntilan, Parakan, Temanggung dan sekitarnya. Sampai sekarang kebutuhan tembakau masih tinggi. 

"Maka, di masa kolonial industri pabrik cerutu [sigarenfabrieken] dan rokok [sigaretfabrieken] maupun tembakau krosok [tabak] banyak berkembang di masa itu," kata Gusta Wardhana pada Walking Tour di Magelang, akhir bulan lalu.

Baca Juga: Riwayat Klenteng Liong Hok Bio dan Jalan Sutra Masyarakat Tionghoa Magelang

Cerutu Kualitas Baik dengan Sertifikat Internasional

Salah satu pabrik cerutu Magelang yang legendaris adalah pabrik cerutu Ko Kwat Ie & Zonen di Prawirokoesoeman Wetan (kini jalan Tarumanegara).

"Pabrik lain yang juga berjaya yakni pabrik rokok Aroma di Mertoyudan, rokok Tasbih, dan rokok Tidar," katanya.

Gusta menjelaskan, pabrik tersebut berdiri sejak tahun 1900 di tepi kali Manggis, Kota Magelang.

Pabrik cerutu Ko Kwat Ie & Zonen memproduksi cerutu bermerk Panama-Ster, Deli-Havana, Missigit-Deli dan Carnaval.

Cerutu hasil produksi pabrik ini diekspor juga ke Eropa, bahkan dipasarkan juga sampai ke Bremen di Jerman.

Perbedaannya dibanding sekarang, produk yang dipasarkan pada waktu itu pabriknya harus memiliki sertifikat internasional sebagai jaminan kualitas.

"Pada masa jayanya Ko Kwat Ie memiliki dua hingga tiga ribu karyawan untuk dipekerjakan di pabrik cerutu miliknya," ujar dia.

Ketenaran pabrik cerutu Ko Kwat Ie & Zonen bahkan membuat Gubernur Jenderal Hindia Belanda Tjarda van Stakenborgh dan Raja Surakarta Sri Susunan Pakubuwono X tertarik untuk mengunjunginya.

Sebuah iklan cerutu Ko Kwat Ie & Zonen pada 195 menuliskan, “Hygienisch bereid uit de beste grondstoffen,"  yang artinya cerutu tersebut dibuat dari bahan baku terbaik.

Baca Juga: Ko Khoen Gwan, Tionghoa Pemasok Senjata untuk Pejuang RI di Magelang

Iklan lain menyebut, “De te Magelang gevestigde groot-fabrikant Ko Kwat Ie fabriceert sigaren die door geheel Indie door kwaliteit en prijs eene schitterende reputatie hebben verworven.”

Artinya, produsen besar Ko Kwat Ie yang berlokasi di Magelang memproduksi cerutu dengan reputasi cemerlang di seluruh India serta kualitas dan harga.

Seiring berkembangnya jaman, pada 1908 Ko Kwat Ie & Zonen dipindah ke Magelang yang lokasinya lebih dekat dengan sentra perkebunan tembakau di Temanggung.

Terlebih, Tembakau Temanggung terkenal berkualitas baik, namun saat itu pemasarannya masih bersifat lokal.

"Pabriknya sempat dipindah di Kawasan Pecinan, Gang Nanking. Cerutu yang dijual dan diproduksi jenis Deli Havana, Panama Steer, Massigit Deli, dan Armada laris di kalangan priyayi dan bangsawan Eropa yang tinggal di Hindia Belanda," ujarnya.

Namun, seiring berjalannya waktu, pabrik kecil di Gang Nanking tak lagi muat menampung stok tembakau dan menyimpan hasil produksi cerutu sekaligus.

Oleh karenanya, pabrik Ko Kwat Ie & Zonen dipindah lagi ke tempat yang lebih besar di Jalan Prawirokusuman (sekarang jalan Tarumanegara).

Lokasi tersebut tak jauh dari rumah Ko Kwat Ie di Djoeritanzuid atau Jalan Juritan Kidul (sekarang Jalan Sriwijaya).

Perjalanan bisnis bak roda kehidupan, Ko Kwat Ie & Zonen juga mengalami kemunduran dan surut, hingga akhirnya ditutup sekitar tahun 1970-an.

Kala itu, kepemilikan gedung sempat berpindah tangan ke PT Mekar Armada Jaya, pemilik usaha karoseri terkenal di Magelang, New Armada. Namun terus berpindah tangan.

Meski sempat digunakan sebagai gedung sekolah Bhakti Tunas Harapan tiga bahasa, tapi akhirnya gedung tersebut ditutup untuk umum.

Editor
Komentar
Banner
Banner