bakabar.com, JAKARTA - Nusa Tenggara Timur punya alat musik yang unik dan indah. Namanya Sasandu atau Sasando.
Dalam AMI Ethnic 2023, yang menampilkan berbagai alat musik tradisi Indonesia, di antaranya berasal dari Pulau Kalimantan, Jawa, Sulawesi hingga Nusa Tenggara Timur.
Sasandu adalah salah satu alat musik tradisional dari NTT. Dalam perkembangannya, Sasando menjadi dawai dengan paling banyak variasi. Ada Sasando Elektrik, Sasando Gong, dan Sasando Biola.
Sasandu atau Sasando, berasal dari Pulau Rote, sebelah Selatan Kota Kupang, yang memiliki arti bergetar atau berbunyi. Namun dalam pelafalan, keduanya ternyata memiliki perbedaan dan ciri khas tersendiri, lho.
Sasandu dan Sasando, Berkembang Melintas Masa
Awalnya adalah Sasandu. Alat musik ini memiliki lima nada yang dihasilkan, atau dikenal dengan Pentatonic Slendro. Namun beradaptasi dengan perkembangan zaman, Sasandu dipertahankan untuk menyebut alat musik tradisional. Sedangkan Sasando disematkan untuk dawai yang makin modern dan berkembang.
"Sasandu itu lebih tradisional, sedangkan Sasando saat ini sudah bermacam-macam dan ada 12 nada di situ," tutur Ivan Nestorman, Seniman Neo Tradisi, pada Jumat (13/10).
Hal ini menurut Ivan, disebabkan pelafalan yang diucapkan masyarakat Kupang, menyebut pelafalan O dan U yang hampir terdengar mirip, sehingga menjadi kebiasaan menyebutnya sebagai Sasando.
Walau begitu, alat musik berdawai yang dimainkan dengan cara dipetik menggunakan jari ini memiliki ciri khas dan mengeluarkan alunan suara yang indah.
Alat musik ini terbuat dari daun lontar dan bumbu, dan dawainya terbuat dari kawat halus. Dan dapat dimainkan pada lagu bergenre pop yang ceria dan mengembirakan.
Sasando harus dirawat secara rutin, karena daun lontar tersebut setiap lima tahun sekali harus diganti untuk menghindari jamur yang merusak alat musik tersebut.
Jenis Sasando
Dalam laman AMI Ethnic sendiri menghadirkan tiga jenis Sasando, yaitu Sasando Elektrik, Sasando Gong dan Sasando Biola. Ketiganya memiliki keunikan dan keindahan yang diberikan dawainya.
Sasando Gong, memiliki nada pentatonik dan biasa dimainkan, memiliki jumlah dawai 7 dan berkembang menjadi 11 dawai.
Sasando biola, sasando ini telah mengalami perkembangan dengan nada diatonis. Memiliki 20 hingga 36 dawai.
Seiring berjalannya waktu, Sasando mengalami modernisasi dengan bentuk dan peningkatan kualitas bunyi.
Sehingga menghasilkan Sasando Elektrik, memiliki 30 dawai dan telah berkembang dengan sentuhan teknologi.
Sasando memiliki keunikan dalam memainkannya, karena harus dipetik dengan dua tangan dari arah berlawanan, kiri ke kanan dan kanan ke kiri.
Tangan kanan berperan untuk memainkan nada, sedangkan tangan kiri berperan mengatur melodi dan bas.