bakabar.com, BANJARMASIN - TikTok menjadi salah satu platform media sosial yang menyajikan beragam konten, salah satunya konten joget.
Beragam gerakan tarian populer lahir dari TikTok. Bahkan tak jarang tarian tersebut viral.
Sayangnya, beberapa kreator yang melakukan gerakan joget TikTok tersebut terdapat unsur seksual. Entah menonjolkan bagian tubuh secara terbuka atau mengubah gerakan sehingga tampak erotis.
Karena hal tersebut, perusahaan dari China diketahui bakal lebih menyaring platformnya agar konten-konten yang menjurus ke arah seksual tidak muncul.
Melalui blog resminya, TikTok mengatakan pihaknya tengah menjalankan pembaruan yang secara otomatis mengidentifikasi konten seksual eksplisit, menjurus, atau berisiko. Artinya, bisa jadi konten joget dengan gaya seksi sedikit saja bakal kena sistem saringan TikTok.
"Tujuan kami untuk mengindentifikasi konten-konten 'menjurus' agar tidak muncul sebagai rekomendasi pencarian untuk akun-akun remaja," begitu tertera pada blog resminya seperti dilansir dari CNBCIndonesia, Rabu (4/1).
Dalam 30 hari terakhir, TikTok mengatakan berhasil mencegah lebih dari 1 juta konten bernada seksual untuk muncul di rekomendasi akun remaja, terutama di rentang usia 13 hingga 17 tahun.
Hal ini berarti konten-konten menjurus tersebut tidak serta-merta diblokir dari TikTok. Sebab, ada beberapa konten menjurus yang tidak melanggar pedoman komunitas, tetapi tidak cocok untuk audiens yang lebih muda.
Menurut TikTok, model yang diperbarui lebih akurat dan efisien dalam mengidentifikasi konten yang mungkin tidak sesuai dengan semua umur. Ini sangat penting mengingat popularitas platformnya di kalangan remaja.
Dengan mengidentifikasi dan menghapus jenis konten ini secara lebih efektif, TikTok bertujuan untuk menciptakan lingkungan yang lebih aman dan ramah keluarga bagi audiens yang lebih muda.
"Kami membuat kemajuan untuk mengurangi rekomendasi konten berisiko atau sugestif secara keseluruhan dan sekarang meluncurkan langkah berikutnya yang kami harapkan dapat meningkatkan deteksi konten semacam itu, sehingga menciptakan pengalaman yang lebih sesuai dan nyaman untuk akun remaja, "kata TikTok dalam posting blog, dikutip dari Android Headlines, Selasa (3/1)
Tak hanya TikTok, platform lain seperti Instagram juga mencoba menyaring konten garis batas pedoman. Meski, secara historis sebenarnya sulit bagi sistem otomatis untuk konsisten mendeteksi konten yang lebih "dewasa" dan tidak mengandung ketelanjangan eksplisit.
Hal ini karena batas antara "batas menjurus" dan konten yang dapat diterima bersifat subjektif. Perusahaan perlu memastikan bahwa model baru ini adil dan tidak menghapus konten secara tidak adil, sehingga merugikan para kreator konten.