bakabar.com, MAGELANG - Sebanyak 30 Bhante atau Biksu melakukan perjalanan spiritual thudong dari Thailand ke Candi Borobudur, Kabupaten Magelang, untuk menyambut perayaan Waisak 2023.
Sebagai informasi, thudong adalah bentuk pertapaan ketat yang dijalankan oleh para biksu dan bersifat pengembaraan atau perjalanan meditatif.
"Mereka mulai berjalan dari Thailand tanggal 23 April kemarin. Sekarang sampai Batam," kata Ketua DPD Perwakilan Umat Buddha Indonesia (Walubi) Jawa Tengah (Jateng), Tanto Harsono, saat dikonfirmasi bakabar.com, Selasa (9/5).
Baca Juga: Ganjar Datangi Langsung 3 Siswa Pengirim Surat Kepadanya di Borobudur
Kepada bakabar.com, Tanto menuturkan, para biksu tersebut selanjutnya melanjutkan perjalanan jalur udara atau terbang ke Jakarta.
"Dari Jakarta, para biksu nanti baru jalan kaki lagi sampai 1 Juni perkiraan masuk Borobudur," tutur Tanto.
Sementara itu, seorang Bhante asal Magelang, Bhante Kantadhammo yang juga mengikuti perjalanan tersebut menuturkan, rata-rata perjalanan yang harus ditempuh kurang lebih 45 kilometer per hari.
"Selain berjalan kaki, para Bhante juga men-sejalankan ritual tirakat dalam wujud makan satu kali dalam sehari semalam," tuturnya.
Baca Juga: Kisah Para Warga yang Menunggu Renovasi 'Jembatan Seribu Janji' Ngembik Magelang
Kantadhammo mengatakan jarak yang ditempuh berjalan kaki oleh para Bhante jika ditotal diperkirakan 2.606 kilometer dengan waktu tempuh sekitar 60 hari.
"Jika dihitung, satu hari para Bhante harus berjalan kaki kurang lebih 45 kilometer,” ujar Kantadhammo.
Tak hanya ke Borobudur, Kantadhamo menuturkan, pada 27 Mei, rencananya, rombongan Bhante akan kembali singgah dan menginap di Kediaman Habib Lutfi, Pekalongan.
"Habib Lutfi sendiri yang mengundang, akan dijamu dan beramahtamah sebagai bentuk toleransi beragama," ujarnya.
Baca Juga: Pembangunan Sudah 30 Persen, Masjid Agung Magelang Ditargetkan Rampung 2024
Lebih lanjut, Banthe Wawan memaparkan, melalui perjalanan spiritual tersebut, para Banthe telah membuktikan, toleransi umat beragama di dunia masih tinggi.
"Di beberapa negara juga masih sangat terjaga toleransinya, tidak ada isu negatif tentang sifat ekstrim pada agama tertentu," pungkasnya.