bakabar.com, JAKARTA – Dua saham emiten nikel terbaru di bursa yakniPT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) dan PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA) kompak melemah hingga auto reject bawah (ARB). Pelemahan terjadi ketika indeks harga saham gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) ditutup naik 88,34 poin (1,29%) ke level 6.910.
NCKL dan MBMA merupakan perusahaan hilirisasi nikel yang memfokuskan pada pengembangan rantai pasok baterai kendaraan listrik. Dana hasil IPO dialokasikan untuk pengembangan ekspansi perseroan.
Berdasarkan data BEI, saham NCKL terkoreksi Rp100 (6,92%) menjadi Rp1.345. Saham Grup Harita itu bergerak dalam rentang Rp 1,345-1.470. Meski sahamnya anjlok, harga saham yang juga perusahaan nikel itu masih berada di atas harga IPO yang sebesar Rp1.250.
Sementara itu, saham MBMA anjlok lebih dulu hingga ARB setelah turun Rp60 (6,78%) menjadi Rp825. Saham ini bergerak dalam rentang Rp825-Rp900. Meskipun ditutup turun drastis, harga saham MBMA masih bertengger di atas harga IPO yang sebesar Rp795.
Baca Juga: Harga Saham FILM Melabung Tinggi, Mirae: Awas Overbought
Diketahui, MBMA resmi melantai di bursa pada 18 April lalu atau sehari sebelum libur panjang Lebaran 2023. MBMA menentukan harga pelaksanaan IPO sebesar Rp795 per saham.
MBMA menawarkan sebanyak 11,5 miliar saham baru yang dikeluarkan dari portepel perusahaan atau 10,24% dari total saham perusahaan. Dengan demikian MBMA meraup sekitar Rp9,2 triliun dengan nilai kapitalisasi pasar saham mencapai Rp 85,9 triliun.
Saham MBMA digadang-gadang bakal menjadi emiten nikel terbesar di Indonesia, bahkan terbesar dari emiten nikel lainnya yakni Vale dan Harita.
Baca Juga: Menn Teknologi Indonesia Resmi IPO, Saham Dibuka Tembus Batas Bawah
Sedangkan emiten NCKL resmi melantai di BEI pada 12 April lalu, dengan harga IPO-nya sebesar Rp 1.250/saham. Dari IPO, NCKL berharap meraup dana segar berkisar Rp9,9 triliun yang akan digunakan untuk ekspansi dan memperluas bisnis perusahaan.
Tahun ini, perusahaan patungan PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) dan Lygend Resources & Technology Co., Ltd (Lygend), yakni PT Halmahera Persada Lygend (HPL), berencana memulai produksi komersial Nikel Sulfat (NiSO4) dan Kobalt Sulfat (CoSO4).