bakabar.com, NEW YORK – Bursa saham Amerika Serikat (AS) di Wall Street jatuh pada akhir perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB).
Jatuhnya bursa di Wall Street karena saham-saham terkait perusahaan teknologi besar merosot lagi untuk hari kedua berturut-turut dan data pemerintah menunjukkan tingkat klaim pengangguran mingguan tetap tinggi.
Indeks Dow Jones Industrial Average merosot 130,4 poin atau 0,47 persen, menjadi ditutup pada 27.901,98 poin.
Indeks S&P 500 kehilangan 28,48 poin atau 0,84 persen, menjadi berakhir di 3.357,01 poin. Indeks Komposit Nasdaq ditutup anjlok 140,19 poin atau 1,27 persen, menjadi 10.910,28 poin.
Amazon.com Inc terpuruk 2,3 persen dan Apple Inc turun 1,6 persen, membuat penurunan terbesar di S&P 500 dan Nasdaq. Pekan lalu, kerugian Nasdaq membuat indeks anjlok 10 persen dari rekor penutupannya, mengonfirmasikan koreksi dimulai pada 2 September.
Dari posisi terendah pasar pada Maret, “ini merupakan pemulihan luar biasa yang diwakili oleh beberapa nama teknologi yang baik,” kata Kepala Eksekutif Longbow Asset Management, Jake Dollarhide, di Tulsa, Oklahoma.
“Mereka mengalami minggu terakhir Agustus yang luar biasa, dan saya pikir ini adalah skenario pengambilan keuntungan yang rasional saat ini.”
Minggu lalu, ketiga indeks saham utama AS membukukan penurunan minggu kedua berturut-turut karena investor menjual nama-nama terkait teknologi yang telah mendorong Indeks S&P 500 ke rekor tertinggi dalam reli dramatis dari posisi terendah Maret.
Dollarhide mengatakan dia memperkirakan nama-nama terkait teknologi bangkit kembali sebelum akhir tahun.
Menambah kekhawatiran tentang pemulihan yang terhenti, laporan Departemen Tenaga Kerja menunjukkan bahwa sementara lebih sedikit orang Amerika yang mengajukan klaim baru untuk tunjangan pengangguran minggu lalu, jumlahnya tetap bertengger di tingkat yang sangat tinggi.
Pada Rabu (16/9/2020) Federal Reserve (Fed) berjanji untuk mempertahankan suku bunga rendah dalam waktu yang lama untuk mengangkat ekonomi terbesar dunia itu keluar dari resesi yang dipicu pandemi.
Ketua Fed Jerome Powell memaparkan menu dari faktor-faktor termasuk pertumbuhan upah, partisipasi tenaga kerja dan perbedaan dalam pengangguran minoritas relatif terhadap kulit putih yang harus dipenuhi sebelum The Fed akan melihat ekonomi pada kesempatan kerja maksimum, dan bahkan mempertimbangkan untuk menaikkan suku bunga.
"Investor senang ketika The Fed menurunkan suku bunga, karena mereka merasa itu bagus untuk pasar," kata Dollarhide.
“Tetapi jika The Fed mengatakan kita perlu mempertahankan suku bunga rendah lebih lama, maka orang mulai mengkhawatirkan ekonomi itu sendiri.”(Ant)