bakabar.com, JAKARTA – Penggunaan Liquefied Petroleum Gas (LPG) sudah tidak asing lagi bagi masyarakat khususnya untuk kebutuhan sehari-hari seperti memasak. Sebagaimana diketahui, LPG merupakan terobosan pemerintah pada 2007 lalu untuk mengkonversi minyak tanah ke LPG.
Seiring dengan meningkatnya penggunaan dan konsumsi energi di masyarakat, maka impor LPG pun tak terhindarkan. Pemerintah mencatat, per tahun Indonesia mengimpor LPG 5,5 sampai 6 juta.
Oleh sebab itu, pemerintah melakukan upaya untuk mendorong hilirisasi industri. Batu bara rendah kalori akan diolah melalui proses gasifikasi batubara menjadi Dimethyl Ether (DME) rencananya akan menggantikan LPG bagi kebutuhan rumah tangga.
Pjs Corporate Secretary PT Pertamina Patra Niaga Irto Ginting mengatakan, saat ini Pertamina tengah melakukan proses penjajakan untuk mendapatkan suplai DME. Dia mengatakan, proses hilirisasi tersebut membutuhkan waktu yang lama. Dalam kata lain penggantian LPG dengan DME tidak dilakukan dalam waktu dekat.
“Saat ini Pertamina dalam proses penjajakan untuk mendapatkan suplai DME. Dan tentu diperlukan waktu yang cukup panjang,” kata dia kepada detikcom, Sabtu (13/11/2021).
Dia menjelaskan, dalam proses perubahan LPG menjadi DME akan membutuhkan waktu yang cukup lama untuk rencana pembangunan gasifikasi batubara serta persiapan sarana dan fasilitas pendukung distribusi DME. Selain itu, sosialisasi kepada masyarakat pun akan sangat dibutuhkan karena terjadi perubahan kebiasaan.
“Adapun untuk konversi dari LPG ke DME akan mengikuti roadmap yang ditetapkan oleh pemerintah terkait implementasi DME sebagai bahan bakar rumah tangga pengganti LPG,” tuturnya.
Sementara itu, Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM Dadan Kusdiana mengatakan, rencananya DME akan disalurkan sama seperti LPG dalam bentuk tabung. Dia mengatakan, ada opsi mencampurkan DME dengan LPG, walaupun, menurutnya lebih mudah jika dalam pelaksanaan DME disalurkan terpisah.
“Kalau dalam perencanaan sekarang seperti LPG, didistribusikan dalam tabung. Ada juga memang opsi dicampur, tapi akan lebih simpel dalam pelaksanaannya kalau hanya DME (tidak dicampur),” kata Dadan dikutip dari CNBC Indonesia.
Sebelumnya, kabar mengenai perubahan penggunaan LPG menjadi DME disampaikan oleh Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia. Dia menyebutkan, Indonesia telah mendapatkan komitmen investasi sekitar US$ 13-15 miliar atau sekitar Rp 185 sampai Rp 213 triliun (asumsi kurs dolar Rp 14.200).
“Sudah akan jalan (proyek investasi) 2022 Januari itu Pertamina dengan PTBA (PT Bukit Asam) dan Air Products dengan pengusaha nasional membangun DME. Air Products melakukan investasi dengan beberapa perusahaan BUMN kita dan swasta nasional untuk melakukan hilirisasi dalam rangka bagaimana mendapatkan pengganti LPG dari batu bara, yaitu DME,” kata Bahlil dalam konferensi pers virtual kemarin, dikutip Jumat (12/11/2021).
Perjanjian tersebut tertuang dalam Nota Kesepahaman (MoU) yang telah ditandatangani antara BKPM dan APCI pada pekan lalu, Kamis (04/11/2021) di Dubai, UEA, serta disaksikan langsung oleh Presiden RI Joko Widodo (Jokowi).
“Arahan Pak Presiden yang disampaikan dalam visi besarnya salah satu poinnya transformasi ekonomi, kita artikan industrialisasi ciptakan nilai tambah agar batu bara gak hanya kirim-kirim terus,” ujar Bahlil.
“Ini yang akan kita lakukan karena kita tahu impor kita sampai dengan sekarang itu 5,5-6 juta, ini cadangan devisa kita keluar kalau begini terus. Itu tidak kurang dari 55-70 triliun. Maka kita akan perlahan-lahan mengurangi impor LPG kita dan kita gantikan dengan DME,” sambungnya.