bakabar.com, BANJARBARU – Mengantisipasi kejadian kebakaran hutan dan lahan (karhutla) utamanya di ring 1 daerah sekitar Bandara, BPBD Kalsel mengerahkan upaya penanganan melalui darat dan udara.
“Untuk udara kita ada heli patroli 1, heli water boombing 3, dan darat kita melibatkan unsur masyarakat yang kita rekrut PMK,” ujar Kabid Kedaruratan dan Logistik BPBD Kalsel, Abriansyah Alam, Senin (30/8).
Heli water boombing sendiri digunakan untuk memadamkan hotspot atau titik panas di wilayah yang tidak terjangkau satgas darat.
Sedangkan, PMK (petugas pemadam kebakaran) direkrut sebagai satgas darat yang langsung bergerak memadamkan hotspot di lokasi yang terjangkau.
“Kita merekrut dari masyarakat itu dari PMK karena mereka punya prasarana, kalau kita rekrut masyarakat tapi tidak punya alat ya tidak bisa kerja juga kan. Jadi PMK kita libatkan,” kata Alam, sapaan akrabnya.
PMK sendiri ditempatkan di Posko Mandastana, Guntung Damar, Posko Induk dan Posko dekat Sambang Lihum.
Selama kemarau basah, kata Alam tidak ada titik rawan Karhutla di Kalsel. Sebab daerah-daerah yang dulu rawan karhutla seperti di ring 1 Bandara, telah diairi.
“Sekarang belum ada titik rawan, sekarang cuma asap yang bermunculan di daerah Hulu Sungai, dan Lingkar Selatan. Untuk ring 1 tidak rawan karena sekarang berair, khususnya di daerah Guntung Damar kan sudah berair semua, di Lingkar Selatan ada hotspot muncul tapi dengan 1 water boombing sudah bisa selesai dalam sehari apa lagi belakangan ini hujan,” jelasnya.
Ditambah, Kanal di kawasan ring 1 kata alam berfungsi dengan baik sehingga dapat mengantisipasi terjadinya Karhutla.
“Kita sambil lihat bagaimana kondisi air di Guntung Damar. Dan posko disana sekarang bertugas tidak hanya memadamkan tapi mencegah terjadinya api. Kalau berair kan otomatis gambut tidak kering, yang menyala kan gambut kering,” terangnya.
Meski demikian, ia tak menampik jika asap karhutla sempat menutupi landasan bandara, namun tidak memakan waktu lama.
“Dekat bandara saat ini aman, pernah 1 hari di Guntung Manggis Ujung asapnya sempat menutup landasan bandara tapi tidak lama, cuma sebentar karena sumber api bisa kita atasi,” akunya.
Lantas, ada berapa hotspot atau titik panas hari ini?
“Tidak ada hari ini, kita saat ini masih kemarau basah,” ungkapnya.
Diprakirakan, pada dasarian kedua September nanti akan ada kemungkinan penurunan tingkat curah hujan, sehingga kewaspadaan akan lebih ditingkatkan.
“Namun di Oktober mudah-mudahan sudah mulai basah. Sekarang, 3 heli boombing stanby 4 sampai 5 jam sehari,” katanya.
Alam berharap, ke depan ada upaya permanen pencegahan karhutla seperti pembuatan kanalisasi.
“Yang ada ini bukan permanen. Permanen ini dalam definisi saya bikin kanalisasi, penyekatan tentu biayanya cukup besar tapi itu salah satu upaya kita agar karhutla tidak terus berlanjut,” imbuhnya.
Selain itu juga, merubah pola bertani dari membakar ke pola cacah yang harus disosialisasikan ke tiap kelompok tani dengan melibatkan PPL, bhabinkamtibmas dan babinsa.
“Manjemen kolaboratif semua unsur dimasukkan, BNPB lambangnya segitiga, itu pemerintah, dunia usaha dan masyarakat berkolaborasi menanggulangi bencana, karena bencana ini milik semua, semua sama-sama menangani itu,” tutupnya.