bakabar.com, BANJARBARU - Dua Kecamatan di Banjarbaru, yakni Liang Anggang dan Cempaka menjadi daerah berisiko tinggi terpapar infeksi saluran pernafasan akut atau ISPA.
Hal ini diungkapkan Kepala Dinas Kesehatan Kota Banjarbaru, dr Juhai Triyanti Agustina. Alasannya, karena kejadian kebakaran di dua kecamatan tersebut terbilang sering.
"Sebaran kebakarannya paling tinggi di Liang Anggang dan Cempaka sehingga berisiko ISPA," kata dr Juhai, Jumat (25/8/2023).
Dirincikannya, selama 2023 tercatat ribuan kasus pada tiap bulannya, di mana bayi dan anak-anak turut ambil bagian.
Seperti di Januari pengidap ISPA usia 0 hingga 5 tahun sebanyak 858 orang, kemudian usia 5 hingga 9 tahun sebanyak 445 orang, usia 9 hingga 60 tahun sebanyak 1237 orang, dan usia di atas 60 tahun sebanyak 124 orang.
Pada Februari, usia 0 hingga 5 tahun sebanyak 917 orang, kemudian usia 5 hingga 9 tahun sebanyak 553 orang, usia 9 hingga 60 tahun sebanyak 1240 orang, dan usia diatas 60 tahun sebanyak 163 orang.
Selanjutnya, pada Maret, usia 0 hingga 5 tahun sebanyak 839 orang, kemudian usia 5 hingga 9 tahun sebanyak 602 orang, usia 9 hingga 60 tahun sebanyak 1198 orang, dan usia diatas 60 tahun sebanyak 230 orang.
Kemudian di April, usia 0 hingga 5 tahun sebanyak 577 orang, kemudian usia 5 hingga 9 tahun sebanyak 346 orang, usia 9 hingga 60 tahun sebanyak 1079 orang, dan usia diatas 60 tahun sebanyak 156 orang.
Mei, usia 0 hingga 5 tahun sebanyak 764 orang, kemudian usia 5 hingga 9 tahun sebanyak 425 orang, usia 9 hingga 60 tahun sebanyak 1547 orang, dan usia diatas 60 tahun sebanyak 147 orang.
Juni, usia 0 hingga 5 tahun sebanyak 744 orang, kemudian usia 5 hingga 9 tahun sebanyak 509 orang, usia 9 hingga 60 tahun sebanyak 1282 orang, dan usia diatas 60 tahun sebanyak 178 orang.
Juli, usia 0 hingga 5 tahun sebanyak 774 orang, kemudian usia 5 hingga 9 tahun sebanyak 390 orang, usia 9 hingga 60 tahun sebanyak 1228 orang, dan usia diatas 60 tahun sebanyak 211 orang.
Dari data itu, Juhai bilang jika tren tertinggi kasus ISPA pada Mei lalu, sehingga penyebab ISPA sebutnya bukan hanya karena karhutla.
"Penyebab ISPA bisa bermacam-macam, bisa dari alergi, dari infeksi bakteri atau virus. Jadi bukan karena karhutla saja, sebarannya dari Januari sampai ini ada terus ISPA," jelasnya.
Ditambahnya, kejadian karhutla tidak se-Banjarbaru, kebanyakan di Liang Anggang. Artinya, kata Juhai kembali lagi pada prilaku hidup bersih dan sehat.
"Misal ada asap dia pakai masker, lalu berpola hidup sehat, menjaga makan dan minumnya akan membantu menjaga daya tahan tubuh. Jadi tidak bisa ISPA dipukul rata karena kabut asap karhutla," tandasnya.
Sedang berdasarkan catatan Puskesmas Liang Anggang, selama karhutla melanda wilayah tersebut, sudah puluhan orang mengalami penyakit ISPA.
Selama periode 26 Mei hingga 26 Juni 2023 ada sebanyak 68 kasus, dengan rincian 41 orang di Landasan Ulin Barat dan 26 orang di Landasan Ulin Selatan.
Kemudian untuk periode 26 Juli hingga 14 Agustus 2023, ada sebanyak 46 kasus, dengan rincian 23 orang di Landasan Ulin Barat dan 23 orang juga di Landasan Ulin Selatan.
"Karenanya untuk masyarakat khususnya Liang Anggang diimbau untuk tetap mengenakan masker dalam setiap aktivitas. Jangan lupa minum air yang cukup, dan makanan yang bergizi seimbang," ucap Kepala Puskesmas Liang Anggang, dr Nani Andrian.
Sebab diakuinya, dengan perubahan cuaca yang terjadi sekarang ini, ditambah kejadian karhutla yang marak, tentu mudah mengalami gangguan pernapasan.
Sementara itu, Direktur RSD Idaman Kota Banjarbaru dr Danny Indra Wardhana menerangkan, dari data terbaru yang dikantonginya, tercatat ada puluhan kasus ISPA kategori usia anak.
"Dari data hingga 21 Agustus 2023 tercatat di RSID Kota Banjarbaru ada 21 kasus ISPA, dengan kategori usia dari 1 sampai 4 tahun. Sedangkan untuk pasien kasus ISPA tersebut dari daerah Landasan Ulin, Banjarbaru Selatan dan Banjarbaru Utara,” ungkapnya.
Karenanya, ia juga mengimbau agar masyarakat Kota Idaman mengambil tindakan pencegahan guna melindungi diri sendiri dan keluarga dari dampak Karhutla.
Dampak penurunan kualitas udara di Banjarbaru ini sudah banyak dirasakan warga, utamanya di Pengayuan, di mana memang Jalan Jurusan Pelaihari itu sering terjadi karhutla.
"Badan kami para relawan sudah mulai drop. Keadaan ini juga dialami oleh para relawan damkar yang lain," ungkap warga yang juga sebagai relawan peduli api di kawasan Liang Anggang, Hendra.
Kondisi yang dialaminya itu akibat padatnya aktivitas pemadaman karhutla juga asap yang ditimbulkan.
"Warga banyak yang mengeluhkan sakit seperti batuk. Karena kabut asap yang terjadi sudah sampai masuk ke dalam rumah," ceritanya.
Selain Hendra, warga Pengayuan lainnya Iin juga mengatakan demikian, bahkan sampai memilih mengungsi di rumah kerabatnya.
"Asap itu masuk rumah pas malam sampai pagi, saya punya anak bayi, karena asap berbahaya bagi orang dewasa apalagi bayi jadi saya putuskan tinggal di rumah keluarga di Martapura," ujarnya.