bakabar.com, MARABAHAN – Berbagai masukan muncul dalam sosialisasi relokasi PKL Jalan Trans Kalimantan Handil Bakti di Pasar Induk Handil Bakti (PIHB), Selasa (13/8).
Sosialisasi dipimpin Wakil Bupati Barito Kuala, Rahmadian Noor, bersama Dinas Koperasi Perdagangan dan Perindustrian (Diskopperindag) Batola.
Terdapat 98 PKL yang direncanakan direlokasi ke los PIHB. Kesemuanya berjualan di sepanjang jalur hijau mulai dari pos polisi di depan Terminal Handil Bakti hingga depan Kompleks Persada Permai.
Selanjutnya mereka direncanakan mengisi 160 los dalam 4 blok di Pasar Handil Bakti. Los-los tersebut sudah selesai dan tinggal beberapa penyesuaian.
Penyesuaian itulah yang diupayakan diperoleh melalui sosialisasi. Pun pedagang mau tak mau menerima relokasi, seiring pelebaran jalan Trans Kalimantan yang sekarang menjadi area usaha mereka.
“Sekalipun berjualan di jalur hijau, pemerintah tetap memperhatikan nasib PKL Handil Bakti. Terlepas dari rencana relokasi, mereka dipastikan kehilangan tempat berjualan seiring pelebaran jalan,” papar Rahmadi.
“Oleh karena itu, kami menyediakan puluhan los. Ini sekaligus upaya kami untuk menghidupkan kembali Pasar Induk Handil Bakti,” imbuhnya.
Namun dengan pindah ke PIHB, muncul kekhawatiran penurunan omzet. Terlebih posisi los terletak sekitar 200 meter dari jalan raya, meski berada di jalan alternatif menuju Kompleks Griya Permata.
“Sejujurnya relokasi ini berat, karena kami tak lagi berjualan di dekat jalan. Namun kami pun menyadari tidak mungkin lagi berjualan di tempat semula dalam beberapa tahun kedepan,” sahut Sugiannor, salah seorang pedagang.
“Mungkin sekarang bisa ramai, karena peralihan lalu lintas ke Jembatan Alalak II. Tetapi kalau Jembatan Alalak I selesai, jualan kami terancam sepi,” imbuh pria yang sudah 15 tahun berjualan buah di Jalan Trans Kalimantan ini.
Pemkab Batola pun ditantang melakukan inovasi agar relokasi tersebut tidak mematikan usaha rakyat. Faktanya salah satu penyebab disfungsi PIHB adalah lokasi yang kurang strategis.
“Seandainya sudah dipindah, kami juga menginginkan Satpol PP menertibkan pedagang yang berjualan menggunakan mobil di Handil Bakti. Kalau mereka dibiarkan, pasti pedagang di los semakin sepi,” tegas Sugiannor.
Selain prospek penjualan, pedagang juga meminta jaminan fasilitas seperti jaringan listrik, WC, keamanan dan pembenahan Terminal Handil Bakti.
“Sebenarnya kami sudah memiliki grand design pembenahan terminal. Tapi untuk sementara kami menyelesaikan dulu relokasi PKL Handil Bakti, termasuk pemasangan listrik, revitalisasi WC, hingga perbaikan jalan pasar,” tukas Rahmadi.
“Kami memahami kekhawatiran pedagang, terkait pendapatan harian. Pun kami segera mencarikan berbagai pilihan yang bisa dilakukan dalam dua tahun terakhir untuk meningkatkan nilai pasar los,” tambahnya.
Mengingat proses yang masih cukup panjang, relokasi tersebut belum dapat dilakukan segera. Kemungkinan terdekat dilakukan akhir 2019.
“Dari masukan-masukan pedagang, kami segera mematangkan rencana relokasi dan dilanjutkan sosialisasi berikutnya,” timpal Purkan, Kepala Diskopperindag Batola.
Sementara Kasatpol PP Batola, Anjar Wijaya, menyanggupi keinginan PKL Handil Bakti untuk menertibkan pedagang yang menggunakan mobil di sekitar Handil Bakti.
“Kalau relokasi sudah dilakukan, kami siap berpatroli setiap hari. Pun penertiban pedagang yang menggunakan mobil sudah beberapa kali dilakukan, meski belum begitu efektif,” papar Anjar.
“Penyebabnya mereka berbalik mempertanyakan penyebab PKL Handil Bakti tidak juga ditertibkan. Tetapi andai sudah direlokasi, mereka tak punya alasan lagi,” tandas Anjar.
Baca Juga: Relokasi PKL Handil Bakti Segera Dimulai
Baca Juga: PKL Sempat Kaget Saat SatpolPP Operasi Simpatik
Baca Juga: Polresta Banjarmasin Ungkap Penyalahgunaan Ribuan Liter BBM, 7 Pelaku Diamankan
Reporter: Bastian Alkaf
Editor: Syarif