bakabar.com, BEKASI - Ketua Yayasan Kelenteng Hok Lay Kiong Bekasi, Ronny Hermawan perayaan Cap Go Meh diramaikan dengan sajian ritual gotong Tepekong atau patung dewa yang diyakini dapat mengusir roh jahat.
Tepekong atau Toa Pe Kong menjadi agenda rutin sejak ratusan tahun lalu jika ummat Tionghoa merayakan Imlek yang juga dirangkaikan dengan kirab budaya nusantara.
"Kemudian sekarang dilanjutkan lagi, jadi ini namanya ritual pawai gotong Tepekong," kata Ronny saat ditemui bakabar.com, Minggu (05/02).
Ia menambahkan bahwa dalam kirab budaya di Kelenteng Hok Lay Kiong membawa enam Tepekong, lima patung dewa dan satu tenda abu.
"Dewi Kwan Im ( Welas Asih), Dewa Hian Thian Siang Tee (Dewa tertinggi), Dewa Hok Tek Ceng Sin (Bumi), Dewa Kwan Seng Tee Kun / Kwan Kong (Kejujuran & Ksatria), Dewa Sia Jin Kong (Tabib Penyembuh) dan Tenda abu," jelasnya.
Semula, para peserta kirab akan menggoyang goyangkan Tepekong yang ditujukan untuk mengusir roh jahat dan berharap Kota Bekasi tidak terjadi Bencana.
"Ini nanti digoyang-goyang, bergembira, suka cita, intinya mengusir roh-roh jahat, pengaruh negatif, supaya kita khususnya kota Bekasi terbebas dari bencana banjir, gempa bumi, dan lain-lain," ungkap dia.
Perayaan Cap Go Meh, lanjut dia, menyajikan kebudayaan Tionghoa seperti Barongsai, dan aneka pakaian adat. Namun juga menampilkan Reog Ponorogo, dan Ondel-ondel yang memantik perhatian masyarakat
Diketahui, rute kirab kali ini mengawali start dari Kelenteng Hok Lay Kiong menyusuri Jalan Mayor Oking-Lampu merah Kartini-Jalan Ir H. Juanda dan Jalan Agus Salim. Kemudian, dilanjutkan rute melalui Jalan Perjuangan-Jalan Juanda hingga kembali ke titik awal keberangkatan.
Ribuan warga Bekasi terlihat antusias melihat perayaan pawai Cap Go Meh yang ditunjukkan dengan memadati ruas ruas jalan yang dilalui peserta kirab.
Perayaan Cap Go Meh menyajikan kebudayaan Tionghoa seperti Barongsai, dan aneka pakaian adat. Namun juga menampilkan Reog Ponorogo, dan Ondel-ondel yang memantik perhatian masyarakat.