bakabar.com, PENAJAM – Wantono Mustofa, ayah empat anak di Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU), Kaltim, pelopori budi daya lalat hitam untuk produksi maggot atau belatung.
Maggot itu kemudian dijual dengan harga bervariasi tergantung jenisnya, basah atau kering.
“Awalnya hanya coba-coba budidaya lalat hitam untuk memproduksi maggot, sampai kemudian Januari tahun ini mendapat bantuan pembuatan rumah maggot dari Pertamina Hulu Kalimantan Timur (PHKT),” ujar Wantono dilansir Antara, Selasa (21/9) malam.
Ia bersyukur karena belatung yang ia produksi dari rumah maggot tersebut sudah bermanfaat.
Tak hanya raup cuan dari hasil penjualan, namun sebagai tempat belajar produksi belatung, hingga sejumlah teman yang sekedar minta untuk bibit.
Belatung yang diproduksi oleh Kelompok Himpuli di Kelurahan Tanjung Tengah, Kecamatan Penajam, Kabupaten PPU, Kalimantan Timur tersebut ternyata banyak peminatnya, yakni pembeli akan menggunakan maggot untuk pakan ikan maupun pakan burung.
Harga jual maggot di lokasi ini adalah Rp15 ribu per kilogram untuk maggot basah, kemudian Rp10 ribu per kemasan isi 50 miligram untuk maggot kering.
“Selama ini pembeli lebih suka yang magot basah. Sedangkan kemasan maggot kering ini hanya coba-coba saja mengemas, siapa tahu ada yang minat. Maggot ini diproduksi Kelompok Himpuli bekerjasama dengan Hidayatullah dan Kelompok Maggot Lestari, saya hanya sebagai penggerak,” katanya.
Ia menuturkan, pihaknya mulai rutin membudidayakan lalat hitam untuk memproduksi maggot, sejak Maret tahun ini, yakni setelah bantuan pembuatan rumah maggot dari PT PHKT selesai dan diserahkan kepada kelompok pembudidaya setempat.
Wantono yang juga Ketua RT 06 Kelurahan Tanjung Tengah ini mengungkapkan terdapat dua unit rumah maggot yang dibuatkan oleh PHKT. Masing-masing rumah maggot berukuran 3X4 meter.
“Rumah magot yang pertama difungsikan untuk penetasan larva sampai kemudian menjadi lalat hitam dewasa dan bertelur. Telur inilah yang kemudian dipindah ke rumah kedua sehingga menjadi maggot,” ujarnya.
Ia juga berencana menambah satu rak di atas lokasi produksi maggot, karena lokasi produksi maggot saat ini berada di lantai sehingga sering basah mengingat saat ini adalah musim hujan.
“Jika kondisi basah seperti musim hujan sekarang, telur lalat sulit menjadi maggot, makanya saya berencana membuat rak di atasnya masih di rumah maggot kedua. Hitung-hitung sekaligus memanfaatkan ruang yang ada,” katanya.