Nasional

PT Talenta Bumi Bantah Penilaian Gagal Tangani Sebaran Debu

Menanggapi keluhan masyarakat Barito Kuala (Batola), PT Talenta Bumi memaparkan sederet upaya mengurangi dampak debu batu bara dari dermaga bongkar muat

Featured-Image
Aktivitas bongkar muat batu bara di jetty PT Talenta Bumi yang terletak di tepi Sungai Barito, Kelurahan Lepasan, Kecamatan Bakumpai. Foto: Talenta Bumi

bakabar.com, MARABAHAN - Menanggapi keluhan masyarakat Barito Kuala (Batola), PT Talenta Bumi memaparkan sederet upaya mengurangi dampak debu batu bara dari dermaga bongkar muat, terutama kawasan di ring 1.

Seiring musim kemarau, masyarakat di Kelurahan Lepasan, Kecamatan Bakumpai, serta beberapa desa di Kecamatan Marabahan, mengeluhkan debu yang berterbangan dari dermaga.

Mereka pun menuntut tanggung jawab PT Talenta Bumi agar melakukan upaya-upaya mengurangi sebaran debu, sekaligus memperbaiki sosial masyarakat.

Terkait tuntutan tersebut, PT Talenta Bumi mengeklaim telah melakukan berbagai upaya. Bahkan upaya ini sudah diupayakan dalam beberapa tahun terakhir.

"Kami telah melakukan berbagai upaya mengurangi dampak debu, terutama masyarakat yang berada di ring satu," papar Health Safey Enviro (HSE) dan CSR Manager PT Talenta Bumi, Deni Setiawan, Kamis (14/9).

"Mulai dari penghijauan di area pelabuhan, pemasangan dust net setinggi 18 meter, serta penyiraman menggunakan water truck, sprinkel dan manual secara terus-menerus," imbuhnya.

Kemudian pemasangan Dust Suppression System (DDS) di keempat konveyor. Secara umum DDS dikenal sebagai alat semprot chemical untuk menghilangkan debu.

"Kami juga menyetop operasi pelabuhan dan hauling, seandainya tiba-tiba angin berembus lebih kencang. Sementara di perairan, dipasang penghalang dari bambu di bagian hulu dan hilir dermaga," beber Deni.

"Sesuai dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal), juga dilakukan pemantauan debu secara rutin setiap satu bulan sekali dan tiga bulan sekali," sambungnya.

Baca Juga: Ratusan Ikan Mati di Marabahan Batola, Diduga Terimbas Debu Batu Bara

Baca Juga: Puncak Musim Kemarau, Warga Lepasan Batola Mengeluhkan Debu Jetty PT Talenta

Oleh karena melalui berbagai proses, durasi loading menjadi lebih panjang. Untuk sebuah tongkang berkapasitas 7.500 ton, dibutuhkan waktu sekitar 24 jam.

"Sebelumnya paling lama hanya 12 jam untuk loading sebuah tongkang. Hal ini disebabkan batu bara harus basah dulu, sebelum dimuat ke hoover," jelas Deni.

"Namun terkadang muncul angin kencang selama beberapa menit yang biasanya terjadi sore hari. Sesuai dengan upaya kami mengurangi debu, operasional akan dihentikan sementara," tambahnya.

Di sisi lain, Deni Setiawan menduga debu yang dikeluhkan masyarakat tidak semata bersumber dari dermaga PT Talenta Bumi.

Potensi debu juga dapat dihasilkan tongkang-tongkang yang masuk maupun keluar dari lima pelabuhan batu bara selain Talenta.

"Tercatat sepanjang 2022, kami memproduksi 10 juta ton. Sementara yang lewat, bisa berproduksi 50 juta, 25 juta hingga 30 juta ton per tahun. Ini juga berpotensi berdampak terhadap masyarakat di bantaran Sungai Barito," tukas Deni.

"Namun demikian, kami fokus terhadap penanganan dampak. Kalau memang merusak, pasti kami ganti rugi. Kami terbuka berdiskusi bersama masyarakat sekitar," tegasnya.

Terhadap tuntutan masyarakat, telah dilakukan berbagai diskusi. Di antaranya dengan perwakilan warga RT 5 hingga 11, serta petambak ikan dari RT 10 dan 11 di Lepasan.

"Kami juga telah bertemu Kepala Desa Baliuk, Bagus dan Penghulu, termasuk para petambak ikan di Kecamatan Marabahan. Intinya kami sepakat bekerja sama mengelola CSR," jelas Deni.

"Bahkan di Lepasan, kami siap bekerja sama dalam bidang pendidikan dengan sasaran anak-anak yang tidak mampu melanjutkan ke jenjang berikutnya, serta memfasilitasi pelatihan keterampilan pascasekolah," tambahnya.

Kesepakatan tersebut belum termasuk penyaluran CSR yang sudah berjalan. Tercatat sepanjang 2022, PT Talenta Bumi menyalurkan CSR kepada Pemkab Batola sebesar Rp5,36 miliar.

Angka tersebut dihitung berdasarkan Rp500 per ton produksi per tahun. Makanya CSR 2020 yang disalurkan ke Pemkab Batola hanya sebesar Rp2,72 miliar, karena produksi terpengaruh pandemi Covid-19.

"Kemudian pengelolaan beberapa pekerjaan sudah diserahkan kepada desa, seperti mooring tongkang senilai Rp2,13 miliar, penyiraman jalan sebesar Rp3,39 miliar, dan dana pengembangan masyarakat Rp1,81 miliar," ungkap Deni.

"Kami sendiri kurang sepakat dengan skema pemberian kompensasi debu. Justru kami lebih terbuka dengan program kemandirian masyarakat," pungkasnya.

Editor


Komentar
Banner
Banner